Selasa, 15 Maret 2016

Pengalaman menjadi railfans : Menyeberang Jembatan (bagian pertamax)


Terdengar menyeramkan ya? hehehe :D

Memang kegiatan ini termasuk salah satu kegiatan dalam hobi saya yang jarang sekali saya lakukan. Tetapi meskipun jarang saya lakuka, ini adalah salah satu kegiatan yang sangat saya sukai. Padahal saya adalah salah satu orang yang agak takut dengan ketinggian haha :D

Tetapi melakukan kegiatan ini bisa meningkatkan rasa percaya diri saya, mengatasi rasa takut saya, dan saya bisa mengalahkan diri sendiri. Tentu saja, kegiatan ini selalu saya lakukan dengan pertimbangan keselamatan sebagai pertimbangan utama.

Jembatan pertama yang saya seberangi,
adalah sebuah jembatan kecil di selatan Stasiun Lawang, Kabupaten Malang. Sebuah jembatan yang hanya sepanjang kira-kira 3 atau 4 meter saja. Dan saya harus berpikir berkali-kali sebelum menyeberanginya!!!

Dulu sekitar tahun 2000 an, saya pernah mengalami kecelakaan motor yang mengakibatkan saya harus mendapat beberapa jahitan di kepala. Dan itu cukup mempengaruhi kehidupan saya. Luka di kepala, adalah sesuatu yang cukup menakutkan. Karena luka tersebut, seringkali saya mengalami vertigo. Tiba-tiba saja dunia seperti berputar, jungkir balik, meskipun hanya sebentar. Apalagi jika berada di ketinggian. Nah, faktor ini pula yang menyebabkan saya harus berpikir berkali-kali saat akan menyeberang jembatan kereta api.

Di depan saya ada sebuah jembatan kecil, dengan panjang kira-kira 3-4 meter dan ketinggian kira-kira 2-3 meter saja. Hanya sebuah jembatan kecil. Jika saya tidak melewatinya, saya harus berjalan memutar sangat jauh untuk sampai di seberang. Dan kalau saya memutar, saya akan kehilangan momen kereta api yang melintas.

Untuk diketahui, dari Stasiun Lawang ke arah selatan rel nya menjanjak. Sangat menanjak. Sehingga posisi jembatan berada lebih tinggi dari jalan raya. Dan tentu saja posisi sungai lebih jauh lagi di bawah. 

Jembatan di selatan Stasiun Lawang
sumber
Akhirnya, dengan mengalahkan rasa takut, saya menyeberanginya. Saya berjalan pelan meniti setiap bantalan rel di depan saya. Kaki sedikit gemetar dan mata terus tertuju pada bantalan yang saya pijak. Saya tidak melihat ke depan. Selangkah demi selangkah. Satu... dua... tiga... empat... dan seterusnya. Alhamdulillah saya sampai di seberang. Dan kaki masih gemetaran. Hanya sebuah jembatan kecil sepanjang 4 meter. Dan saya masih harus melaluinya lagi saat perjalana kembali ke tempat asal. Benar-benar jembatan kecil yang menegangkan. :D

KA Penataran menanjak di Stasiun Lawang

KA Penataran berangkat Stasiun Lawang

menunggu kedatangan kereta api di Stasiun Lawang



Selanjutnya adalah jembatan Stasiun Tarik.
Di sebelah barat Stasiun Tarik, Kecamatan Sidoarjo, ada dua buah jembatan kereta api. Satu jembatan kecil sepanjang kira-kira 5 meter, dan satu jembatan besar yang saya tidak tahu berapa panjangnya.

Ceritanya, saya dan rekan-rekan komunitas berkumpul di Stasiun Tarik untuk suatu pertemuan rutin. Setelah pertemuan, kami memutuskan untuk hunting bersama. Sebelah barat Stasiun Tarik adalah pilihan kami. 

Kami berjalan bersama ke arah barat. Menemukan spot yang eksotis. Tikungan besar Stasiun Tarik. Tapi kami terus berjalan ke arah sungai, menemui dua buah jembatan. Kami harus menyeberang. Beberapa diantara kami sempat ragu-ragu menyeberang jembatan kecil, tapi akhirnya semua ikut menyeberang. Diantara dua jembatan ada pembatas berupa tanah yang agak lapang. Kami bersantai di sana sembari menunggu kereta melintas. Benar saja, tak berapa lama KA Rapih Doho melintas ke arah timur.

jembatan kecil dan besar di sebelah barat Stasiun Tarik
Lalu saya melihat satu pemandangan yang merubah hidup saya. Menghina saya sekaligus membangkitkan keberanian saya (agak lebai :D).

Seorang perempuan dan anaknya menyeberang jembatan besar. Wow... saya seperti ditampar keras. Kalau mereka berani, kenapa saya tidak?
Spontan saya mengajak satu orang teman untuk menyeberang, dan teman saya setuju. Kami berdua beranjak menuju jembatan.

Tiba di ujung timur jembatan, saya naik ke bantalan rel. Teman saya di depan. Dada berdetak kencang, kaki gemetar. Yang pertama menghampiri adalah rasa takut. Wajar. Untuk pertama kalinya saya berada di ujung sebuah jembatan besar, yang di bawahnya mengalir sungai yang besar dengan aliran yang cukup deras. Cukup untuk menghanyutkan saya yang tidak seberapa pandai berenang.

Ini gila!!! Tapi di saat yang bersamaan, ini menyenangkan!!!

Keberanian (nekat lebih tepatnya) datang untuk mengalahkan rasa takut saya. Langkah pertama saya awali dengan bismillahirohmanirrohim. Satu, dua, tiga langkah, saya terhenti. Ternyata bantalan di jembatan ini tidak sama dengan yang di Lawang. Kayu nya sudah banyak yang tua. Berlubang di sana-sini. Ada yang terbelah. Ada yang kecil, ada yang besar. Dan jarak antar bantalan tidak sama!!!

Ini gemblung!!!

Tapi saya nekat. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Kalau terus takut, kapan beraninya?

KA Rapih Doho melintas di jembatan Stasiun Tarik
Langkah berlanjut. Pelan dan pasti. Saya sangat berhati-hati melangkah karena memang bantalan-bantalan rel di jembatan itu kondisinya sangat parah. Ukuran besarnya tidak sama, jarak antar bantalan pun tidak sama. Ada beberapa bantalan yang berlubang, bahkan patah di tengah.

Mata saya terus melihat ke bawah, seperti menghitung setiap bantalan yang saya injak. Saya sama sekali tidak berani melihat ke depan atau ke samping. Saya mengandalkan indera pendengaran saya untuk mengawasi suara apapun yang memperingatkan akan kedatangan kereta api. Baik itu kereta api atau suara teman-teman yang mengingatkan. Dan memang saat kami berdua menyeberang, perka (perjalanan kereta api) di lintas tersebut sedang sepi.

Jembatan ini rasanya panjang sekali, terasa dua kali lipat panjangnya. Dan perjalanan menyeberang jembatan terasa lama, bahkan sangat lama. Apalagi saat saya sampai di tengah jembatan. Ya, di tengah jembatan. Tepat di tengah-tengah sungai yang mengalir deras. Perasaan takut, gemetar, deg-deg an, bercampur dengan perasaan kagum, bangga, dan nikmat yang luar biasa hahaha :D

Saya tidak berhenti di tengah. Kenapa? Sudah jelas, karena saya takut!!! hahaha :D

Perlahan saya lanjutkan langkah kaki sampai di ujung barat jembatan. Alhamdulillah....
Saya berhasil menyeberang jembatan besar. Mengalahkan rasa takut. Mengalahkan diri saya sendiri. Sebuah kebanggaan dan kenikmatan yang luar biasa. Dan tentu saja, saya harus menyeberanginya lagi untuk bisa kembali berkumpul dengan teman-teman saya dan kembali pulang.

Tantangan terselesaikan!!!

Selanjutnya, menakhlukkan Jembatan Lahor, Jembatan Terowongan EBK-DBK, Jembatan Porong, dan yang paling fenomenal, menyeberang jembatan kereta api yang masih aktif terpanjang di Indonesia. Jembatan Cikubang. Dan saya menyeberanginya TIGA KALI!!!

bersambung

sepotong Jembatan Cikubang.
ini hanya sepotong!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar