Sabtu, 17 Oktober 2015

Tips dan Trik : Meluruskan Horison

Horison adalah garis cakrawala yang lurus dan sejajar dengan mata penikmat foto. Horison merupakan salah satu elemen penting dalam fotografi. Begitu pula dalam fotografi kereta api, horison berperan sangat penting dalam estetika dan komposisi foto. 

Seringkali terjadi saat kita memotret menggunakan kamera apapun, kita merasa bahwa posisi kamera sudah lurus dengan horison tetapi saat kita melihat hasil fotonya, foto yang dihasilkan miring. Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena saat memotret kita tidak memperhatikan garis horison dalam frame saat kita melihat melalui LCD kamera atau mengintip lewat viewfinder kamera kita. Apalagi kita memotret kereta api yang bergerak kencang, yang kita pikirkan biasanya bagaimana menempatkan kereta api tepat dalam frame seperti yang kita inginkan. Belum lagi jika kita terburu-buru, misalnya kereta api nya datang tiba-tiba dan kita belum mempersiapkan kamera. Maka garis horison adalah hal yang akan selalu terlewatkan. 

seringkali saat menangkap momen seperti ini, kita hanya terfokus pada kereta api nya saja. kita melupakan elemen lain yang tidak kalah penting, yaitu horison. jadinya, foto yang kita hasilkan miring seperti ini :D
Akan lebih mudah meluruskan horison saat kita memotret menggunakan kamera pocket, prosumer atau mirorless karena kamera-kamera tersebut dilengkapi dengan fitur grid lines yang membantu kita meluruskan garis horison saat memotret. Tetapi jika memotret kereta api menggunakan kamera DSLR maka meluruskan horison bukanlah hal yang mudah karena pada beberapa kamera DSLR tidak memiliki fitur grid lines . Lalu bagaimana cara kita meluruskan horison yang miring? Ada beberapa cara.

fitur grid lines pada kamera mirorless
sumber foto
Yang pertama menggunakan software pengolah gambar, seperti photoshop atau photoscape. Tentu saja hal ini hanya bisa dilakukan setelah kita selesai memotret. Menggunakan photoscape adalah cara yang paling mudah. 

Berikut cara meluruskan horison foto menggunakan photoscape.

meluruskan horison foto menggunakan software Photoscape adalah yang paling mudah. Tinggal klik icon yang dikotak merah, lalu geser sliding bar nya ke kanan atau ke kiri sampai horison foto kita terlihat lurus. setelah itu klik OK. saya menggunakan photoscape versi 3.7
Meluruskan horison foto menggunakan photoshop sedikit lebih sulit. Butuh 7-8 langkah. Berikut tutorialnya. Saya menggunakan Photoshop CS 5

pertama, buka foto yang akan kita luruskan horisonnya. lalu pilih ruler tool

menggunakan ruler tool, tarik sebuah garis di sepanjang obyek yang kita jadikan panduan atau tolak ukur untuk meluruskan horison foto kita. pada contoh foto, panduan saya adalah rel.

selanjutnya, klik menu Image - Image Rotation - Arbitrary

akan muncul kotak dialog seperti pada gambar. tidak usah mengganti nilai angkanya, karena nilai angka tersebut didapat saat kita menarik garis menggunakan ruler tool sebelumnya. klik OK

selanjutnya foto kita akan menjadi seperti ini, terlihat lurus dengan bagian-bagian putih di sisi-sisi foto. bagian berwarna putih adalah space canvas tambahan yang dibuat oleh software. bagian tersebut akan kita hilangkan dengan crop tool

menggunakan crop tool, kita memotogn foto kita sesuai dengan komposisi yang kita inginkan. karena saya menggunakan CS5, maka crop tool akan menampilkan grid lines untuk membantu saya membuat memotong foto dengan komposisi yang baik sesuai rule of third.

hasil foto yang telah diluruskan horison nya dan dipotong sesuai komposisi yang kita inginkan.
sekarang tinggal edit sesuai keinginan lalu disimpan.
Dalam meluruskan horison, tentu saja kita harus mempunyai patokan atau tolak ukur yang kita gunakan untuk menentukan lurus atau tidaknya horison foto kita. Pada umumnya, tolak ukur kita dalam menentukan lurus tidaknya horison adalah garis-garis imajiner di cakrawala, kita juga bisa menggunakan jembatan, bangunan, atau jalan. Tetapi di sini kita memotret kereta api. Memotret kereta api berbeda dengan memotret model atau landscape. Ada begitu banyak garis imajiner yang tercipta saat kita memotret kereta api. Garis-garis itu tercipta dari berbagai macam angle atau sudut pemotretan saat kita memotret kereta api. Akan lebih mudah saat kita memotret kereta api di perkotaan atau di jalur yang lurus karena ada banyak garis imajiner yang memudahkan kita menentukan lurus atau tidaknya horison foto kita.

jembatan adalah salah satu tolak ukur paling mudah untuk melihat apakah foto kita miring atau lurus

bisakah Anda menentukan, foto ini miring atau lurus?
Lalu bagaimana jika kita memotret kereta api dari atas bukit, di jalur yang berbelok-belok, di jalur yang menanjak dan menurun? Tentu ini cukup sulit jika kita tidak tahu triknya. Selain garis horisontal, kita juga bisa menggunakan garis vertikal dalam menentukan lurus atau tidaknya horison foto kita. Kok bisa? Bagaimana caranya?

Amatilah garis-garis imajiner dalam frame foto kita. Jika tidak ada garis imajiner horisontal maka lihatlah pohon-pohon, tiang listrik, tiang sinyal, tiang jembatan, pagar, manusia, atau apapun yang berdiri tegak lurus atau vertikal. Jika garis-garis imajiner yang berdiri vertikal tersebut terlihat miring, maka bisa dipastikan horison foto kita juga miring. Kenapa? Karena garis vertikal selalu tegak lurus terhadap garis horisontal, tidak pernah tegak miring :D

Berikut adalah cara lain meluruskan horison foto menggunakan Photoshop. Kali ini hanya butuh beberapa langkah mudah. Kali ini saya menggunakan garis vertikal sebagai panduan meluruskan horison foto saya.

buka foto yang akan kita luruskan horison nya, lalu klik crop tool

di sinilah kita akan meluruskan foto kita. tarik saja bidang untuk memotong foto, tapi jangan langsung ditekan enter. lalu cari panduan yang akan kita pakai untuk meluruskan foto. perhatikan panah 1 dan 2.


panah 1 adalah tiang sinyal yang akan saya gunakan sebagai panduan meluruskan horison. setelah bidang untuk memotong foto dibuat, arahkan cursor mouse Anda ke ujung bidang, entah itu ujung atas atau bawah terserah. arahkan saja tanpa diklik, arahkan ke ujung bidang sehingga cursor mouse akan membentuk lengkung dengan tanda panah di kedua ujungnya. itu artinya kita bisa memutar atau me-rotate bidang crop. putarlah bidang crop dengan meluruskan garis di bidang crop sejajar dengan obyek yang kita jadikan panduan meluruskan foto.pada foto ditunjukkan oleh panah 2. 

saya sejajarkan grid lines dengan tiang sinyal sehingga tampak seperti pada gambar. setelah grid lines lurus sejajar dengan obyek pandu, tarik lagi bidang crop sesuai yang kita inginkan untuk memotong foto sesuai dengan komposisi yang kita inginkan. setelah semua sesuai dengan yang kita ingikan, tekan Enter.

foto yang sebelumnya miring menjadi lurus setelah melewati metode pelurusan seperti diuraikan di atas. selanjutnya tinggal kita edit sesuai keinginan dan disimpan.
Bagaimana jika pohon atau tiangnya miring? Cari lagi garis yang lain, yang sekiranya bisa membantu kita meluruskan horison foto kita. Misalnya ada orang yang berdiri. Manusia berdiri selalu lurus, tidak pernah miring, kecuali Michael Jackson -jika Anda tahu yang saya maksudkan :D

Berikut adalah beberapa contoh foto yang menggunakan garis-garis imajiner vertikal sebagai panduan untuk membantu meluruskan horison foto. Menurut Anda, obyek apa saja yang bisa kita gunakan sebagai panduan pada foto-foto berikut?

kereta api pada rel yang melengkung, bisakah Anda menemukan obyek yang digunakan untuk panduan meluruskan horison?

pada rel yang menanjak seperti ini, kita tidak bisa menggunakan garis horisontal sebagai panduan karena garis horisontalnya sudah pasti miring dikarenakan jalurnya yang menanjak. sebagai gantinya kita gunakan garis vertikal. garis imajiner mana yang bisa kita pakai sebagai panduan?

masih dengan rel yang melengkung, di sini terdapat banyak sekali obyek yang bisa dipakai membantu meluruskan horison foto kita. obyek mana sajakah?

rel yang menikung seperti ini juga tak kalah sulit untuk menentukan lurus tidaknya horison karena kereta api nya sudah jelas terlihat miring. lalu garis mana yang bisa kita pakai untuk meluruskan foto?

low angle, sudut pengambilan foto yang paling saya sukai. satu kelemahannya adalah, sangat sulit menentukan lurus atau tidaknya horison saat memotret menggunakan sudut seperti ini. beruntunglah ada beberapa obyek yang bisa membantu saya untuk dijadikan panduan meluruskan foto. obyek yang mana?
Dengan melihat garis-garis imajiner tersebut akan membantu kita meluruskan horison foto kita yang miring saat kita memotret. Ini masih masuk dalam cara pertama meluruskan horison melalui software pengolah gambar.

Cara kedua adalah saat kita memotret. Cara kedua ini sedikit lebih sulit tapi akan lebih mudah melakukannya jika kita sudah terbiasa melakukannya. Cara ini memerlukan persiapan kita. Sebelum obyek kereta api yang akan kita potret datang, amatilah sekeliling. Carilah sesuatu atau obyek yang bisa dijadikan panduan atau tolak ukur meluruskan horison foto kita sebelum kita mulai memotret. Kalau perlu lakukan pemotretan terlebih dahulu meskipun kereta api nya belum datang. Pengalaman ini diajarkan oleh guru saya, om Rendra. Sebelum kereta api nya datang, saya terbiasa mengamati keadaan sekitar. Memperkirakan komposisi foto dan mencari panduan meluruskan horison. Dan saya selalu memotret spot "kosongan" terlebih dahulu. Kosongan dalam artian belum ada kereta api nya. Hanya rel dan keadaan sekitar spot. Ini sangat membantu saya dalam menentukan komposisi foto dan posisi horison. Sehingga nanti saat foto sudah jadi, saya tidak terlalu banyak melakukan editing foto, terutama editing terkait komposisi dan posisi horison.

memotret spot "kosongan"
cara ini sangat membantu saya dalam menentukan komposisi foto sebelum kereta api nya datang
Kita bisa menggunakan tolak ukur yang kita pakai pada cara pertama. Kita cari garis-garis imajiner horisontal dan vertikal yang bisa membantu kita menentukan lurus tidaknya horison foto kita nantinya. Garis cakrawala, jembatan, jalan, rel, gedung bertingkat, rumah, stasiun, pohon, tiang, pagar, manusia, dan lain sebagainya. Pandai-pandailah mengamati. Ini tidak memerlukan keahlian khusus, tapi sangat memerlukan pengalaman. Semua orang bisa melakukan ini. Pengalaman sangat menentukan.

Setelah kita menemukan tolak ukur posisi horison, langkah selanjutnya adalah eksekusi fotonya. Jika perlu, potretlah spot "kosongan" untuk membantu menentukan komposisi dan posisi horison. Jika sudah merasa cukup tanpa memotret spot kosongan, tidak menjadi masalah. 

Seperti yang sudah tertulis di atas, menggunakan kamera pocket, prosumer, atau mirorless akan memudahkan kita meluruskan horison saat memotret karena kamera-kamera tersebut mempunyai fitur grid lines  yang sangat membantu menentukan posisi horison dan komposisinya. Jika menggunakan kamera DSLR akan menjadi lebih sulit. Alat bantu untuk meluruskan horison hanyalah viewfinder yang berbentuk persegi, yang tentu saja dijamin sudah lurus tidak miring. Nah, di sinilah dituntut kejelian mata kita serta pengalaman saat memotret kereta api.

Obyek yang mempunyai garis imajiner yang sudah kita tentukan sebagai tolak ukur atau panduan meluruskan horison tadi, kita luruskan dengan garis persegi pada viewfinder kamera DSLR yang kita pakai. Dan ini cukup sulit jika kita belum berpengalaman. Mengapa? Karena kita sedang memotret kereta api, bukan memotret model atau landscape. Jika memotret model atau landscape, obyek nya diam jadi kita punya cukup banyak waktu serta dengan leluasa meluruskan horison kita. Tetapi obyek kita adalah kereta api yang sedang bergerak (kecuali kita memotret di stasiun). Apalagi di lintas, kereta api bergerak cepat sehingga kita hanya punya sedikit saja waktu untuk meluruskan horison. Hanya beberapa detik saja. Jika kita terlalu lama meluruskan horison nya, saya jamin komposisi nya akan berantakan. Atau malah terjadi obyek kereta api nya terpotong, bahkan kita tidak mendapatkan foto kereta api nya. Itulah sebabnya saya selalu memotret spot kosongan agar saya dapat memperkirakan komposisi dan posisi horison dalam frame foto saya, sehingga saat kereta api datang saya tidak panik dalam menentukan posisi dan komposisi.

kira-kira seperti inilah yang saya lihat saat saya mengintip melalui viewfinder kamera Nikon D3000 saat memotret lokomotif di PJL 3A 3B.
perhatikan kotak berwarna merah yang ditunjuk panah berwarna merah. saya meluruskan sisi samping viewfinder dengan tembok PJL yang saya pakai sebagai panduan untuk meluruskan horison foto saya. kenapa bukan tiang atau tembok di sebelah kiri? karena yang sebelah kiri sudah pasti akan miring dikarekana distorsi lensa kamera.
Saya lebih memilih meluruskan horison saat saya memotret daripada harus meluruskan menggunakan software pengolah gambar setelah selesai memotret. Kenapa? Karena terkadang saat kita meluruskan horison foto menggunakan software pengolah gambar, komposisi foto kita akan rusak atau tidak sesuai keinginan kita. Seperti dicontohkan pada (gambar) setelah horison foto diluruskan maka ada bagian dalam frame foto kita yang terbuang.

bagian berwarna putih yang ditunjukkan panah berwarna merah adalah canvas tambahan yang dibuat oleh software saat kita meluruskan horison foto. bagian-bagian tersebut nantinya akan kita buang dengan cara memotong atau cropping.
Jika bagian yang terbuang tidak masuk dalam komposisi yang kita inginkan itu tidak menjadi masalah. Lantas bagaimana jika bagian yang terbuang itu masuk dalam komposisi yang kita inginkan, atau malah membuang sebagian obyek utama foto kita, seperti pada contoh gambar di bawah ini.

foto ini miring dan akan saya luruskan menggunakan Photoscape. tapi apa yang terjadi?
setelah diluruskan, ekor KA Gayabaru Malam Selatan ini malah terpotong. menyebalkan :3
Memang memotret kereta api tidak seperti memotret obyek lain pada umumnya. Obyek yang kita potret bergerak (kecuali jika memotret di stasiun) sehingga kita perlu memikirkan dengan cepat komposisi foto kita. Memotret kereta api di berbagai macam spot juga akan menghasilkan berbagai macam sudut pengambilan foto yang tidak biasa, sehingga diperlukan juga kejelian dan pengalaman untuk menghasilkan foto kereta api dengan komposisi yang bagus, tidak asal-asalan. Intinya, pengalaman kita yang menjadi faktor utama untuk menentukan hasil foto kita. Gear atau kamera yang kita pakai adalah faktor kedua. Dan ada begitu banyak elemen dalam fotografi yang bisa kita masukkan ke dalam foto kereta api kita agar foto kereta api kita menjadi lebih baik.

menurut Anda, foto ini lurus atau miring ?
kalau menurut saya foto ini lurus, kenapa?

saya menggunakan garis cakrawala horisontal yang ada di background foto, serta menara-menara yang menjulang membentuk garis vertikal. saya meluruskan foto ini (yang aslinya miring) dengan bantuan garis-garis tersebut. kereta api nya terlihat miring, kenapa? karena sudut pengambilan foto terhadap rel yang dilewati kereta api. jika dilihat melalui google maps, posisi rel tersebut memang melintang miring dari utara ke selatan, tidak lurus.
Tips ini adalah berdasarkan pengalaman saya selama memotret kereta api. Saya hanyalah pemula, jika ada kekurangan atau kesalahan saya bersedia menerima kritik dan saran serta masukan. Silahkan langsung diposting di kolom komentar :D

Selamat mencoba.
Selamat berburu kereta api.
Tetap utamakan keselamatan sebagai kebutuhan.

Rabu, 07 Oktober 2015

Berbagi : Pengalaman menjadi seorang railfans (bagian kedua)



Stasiun Tarik, 01 Agustus 2010.

Saya dan rekan-rekan Komuter yang lain berencana untuk berkumpul di Stasiun Tarik. Saya ingat berangkat dari Stasiun Surabaya Gubeng bersama beberapa orang teman naik KA Arek Surokerto tujuan Mojokerto, berangkat dari Gubeng tepat pukul 08.00 WIB. Rombongan kami sampai di Tarik kira-kira pukul 08.30 an.

Di sini saya bertemu dengan Syamsul Bachri, salah satu orang yang berjasa dalam kehidupan saya sebagai penghobi kereta api. Di sini juga untuk pertama kali dalam hidup, tangan saya memegang kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect). Nikon D5000 adalah kamera DSLR pertama yang saya pegang. Tentu saja saat itu saya masih belum tahu apa kepanjangan dari DSLR. Kamera tersebut milik Syamsul. Dia meminjamkannya kepada saya agar saya bisa belajar bagaimana cara menggunakannya. Karena untuk pertama kali saya memegangnya, saya memegangnya dengan sangat hati-hati, sampai tangan saya gemetaran. Perasaan senang karena bisa memegang kamera bagus, sekaligus takut jika nanti kameranya rusak. Dan parahnya, saya sok tahu hahaha :D Saya tidak mau bertanya bagaimana cara menggunakannya.

Nikon D5000, kamera DSLR pertama yang saya pegang tapi saya tidak tahu bagaimana menggunakannya :D

Saya ingat, sebelum saya pegang, kamera dipegang oleh mas Bachrul Uluma.k.a Cui. Dia menggunakannya sebentar untuk memotret teman-teman. Dia menggunakan mode live view untuk memotret. Setelah dipakai, langsung diserahkan kepada saya tanpa mematikan mode live view nya. Saya coba pakai, coba untuk mengintip lewat viewfinder, tapi kok gelap? Apa yang salah? Saya bingung bukan main, ini bagaimana caranya supaya ga gelap? Padahal tutup lensa sudah saya lepas tapi kenapa masih gelap? Tentu saja gelap karena live view nya belum dimatikan hahaha :D Dan saya tidak tahu bagaimana cara mematikannya :v Akhirnya saya matikan saja kameranya, tombol power saya switch ke off. Lalu kamera saya nyalakan lagi, beres hahaha :D Dan satu lagi, karena baru pertama kali menggunakannya, saya tidak mematikan kameranya. Jadi setelah saya pakai, kamera tetap saya biarkan on, sehingga menghabiskan daya baterai. Belum sehari, daya baterai sudah hampir habis sehingga Syamsul tidak bisa menggunakannya untuk memotret hehehe :D Ngapunten ya, Syam :D

“Wah, batere kok hampir habis gini. Tadi kamera ga sampeyan matikan, Mas?”
“Wah iya, lupa hehehe :D”
“Woalah ya wes, mas. Gpp”

Di Stasiun Tarik juga untuk pertama kalinya saya berani menyeberang jembatan kereta api yang panjang. Pengalaman pertama saya menyeberang jembatan kereta api adalah di Stasiun Lawang, tapi hanya jembatan kecil hahaha :v Saat itu saya sedang hunting sendirian di Stasiun Lawang. Saya berjalan menyusuri rel dari stasiun ke arah selatan dan sampailah saya di sebuah jembatan kecil. Awalnya saya takut. Kenapa? Karena semenjak saya mengalami kecelaksaan di tahun 2000, saya jadi agak phobia terhadap ketinggian. Setiap kali saya berada di ketinggian, kepala saya langsung terasa pusing, semacam vertigo. Ini dikarenakan saat kecelakaan, kepala saya terbentur cukup keras dan mengakibatkan luka yang masih membekas sampai sekarang.

Sebelum menyeberang saya berpikir, kalau saya tidak menyeberang jembatan ini maka saya harus jalan memutar lewat bawah, dan itu jaraknya cukup jauh. Akhirnya saya memutuskan untuk menyeberang. Hanya sebuah jembatan kecil sepanjang kira-kira 2-3 meter saja. Tapi saya masih deg-deg an. Saya menyeberanginya dengan kaki gemetar, walaupun akhirnya saya berhasil menyeberanginya. Alhamdulillah.

Kembali ke Tarik. Ada dua jembatan di sebelah barat Stasiun Tarik, jembatan kecil dan besar. Jembatan kecil panjangnya kira-kira 3-4 meter, sedangkan yang besar, ehm… saya ga tau berapa panjangnya. Pokoknya panjang lah hahaha :D

dua jembatan di sebelah barat Stasiun Tarik
Saya dan rekan-rekan yang lain awalnya hanya menyeberang jembatan kecil, untuk memotret kereta api yang akan melintas. Setelah satu KA melintas –kalau tidak salah saat itu KA Rapih Doho, saya melihat ada seorang perempuan dan anak kecil yang menyeberang jembatan besar. What…??!! Perempuan dan anak kecil!!! Saya merasa terhina sekali hahaha :D Perempuan dan anak kecil saja berani menyeberang, kenapa saya tidak??!!

KA Rapih Doho melintas di atas jembatan Tarik
Setelah mengumpulkan keberanian, saya mengajak satu orang teman yaitu mas Anzhar untuk menemani menyeberang jembatan. Dan mas Anzhar bersedia untuk ikut. Bismillahirohmanirrohim. Itulah kata pertama yang saya ucapkan sebelum menyeberang. Pelan-pelan saya langkahkan kaki menginjak balok-balok penyangga rel. Jembatan besar ini cukup parah keadaan baloknya pada saat itu. Jarak antar balok tidak sama, ada yang lebar dan ada yang sempit. Keadaan baloknya pun banyak yang tidak utuh. Ada yang tinggal separuh, ada yang berlubang, ada pula yang terbakar. Asem tenan lah pokoknya. Untunglah saat itu adalah jam sepi kereta melintas, jadi saya bisa menyeberang dengan tenang. Perlahan tapi pasti, saya akhirnya sanggup menyeberang jembatan panjang tersebut. Alhamdulillah. Meskipun saat sampai di ujung jembatan, kaki saya masih gemetaran hahaha :v

Saat sampai di ujung jembatan, kami disambut kedatangan KA Arek Surokerto dari Mojokerto menuju ke arah Surabaya Gubeng. Setelah memotret KA Arek Surokerto, saya dan mas Anzhar mencari spot untuk memotret KA selanjutnya, KA Gayabaru Malam Selatan. Kami menemukan spot yang cukup bagus dan teduh, cocok untuk beristirahat dan ngadem dari panasnya sinar matahari siang itu. Dan karena saat itu saya masih belum mengerti bagaimana teknik memotret yang baik, maka foto yang saya hasilkan asal-asalan. Asal keliatan sepurnya hahaha :v

KA Arek Surokerto dari Mojokerto. Perbuatan saya mengambil foto dari atas sinyal masuk mohon jangan ditiru ya

KA Gayabaru Malam Selatan dari Surabaya Gubeng menuju Jakarta Kota (Gapeka 2011)
hasil foto masih asal-asalan karena belum mengerti teknik foto yang baik :D
Sepulang dari Stasiun Tarik, saya menceritakan pengalaman saya memegang kamera DSLR dan menyeberang jembatan kepada perempuan yang saat itu dekat di hati saya, pamer ini ceritanya hehehe :D Siapa nama perempuan itu? Tidak perlu saya sebutkan, ga baik hehehe :D

Perempuan ini juga yang ikut menemani perjalanan saya menjadi seorang penghobi kereta api. Beberapa kali dia sempat ikut hunting kereta api bersama saya. Dia ikut saat saya hunting di Stasiun Surabaya Kota, ikut naik KA Komuter dan berpanas-panasan di stasiun. Dia sempat marah saat saya tinggal untuk memotret KA di tengah emplasmen stasiun, sedangkan dia duduk berteduh di peron. Dan satu yang sangat sangat ingat, dia menemani saya hunting di Bekas Dipo Lokomotif Bangil. Hunting yang juga menjadi salah satu penanda penting dalam kehidupan saya secara umum maupun sebagai penghobi kereta api. Jika Anda berharap untuk tahu nama dan foto perempuan tersebut, kubur saja harapan itu karena saya tidak akan menampilkannya di sini :D

Dipo Lokomotif Bangil. Mungkin Anda sudah pernah mendengarnya. Bekas Dipo Lokomotif Bangil adalah salah satu tempat yang terkenal angker di kalangan penghobi kereta api. Sebelumnya, saya berkenalan dengan dua orang penghobi kereta api yang juga punya pengaruh kuat dalam hidup saya, dan sekarang sudah saya anggap sebagai keluarga saya sendiri. Rendra Swariyan Habib dan Budi Wibawa Mukti. Saya berkenalan dengan mereka di facebook. Awalnya kedekatan kami hanya sekedar sesame penghobi kereta api. Saling berbagi karya foto kereta api di facebook dan di kaskus. Nah, di kaskus inilah awal mula kedekatan kami. Di thread motret kereta api yang dibuat oleh om Ipenk (Ifan Triyanto) kami saling berbagi foto. Awalnya, mas Budi mengajuka rikues kepada saya untuk memotret KA Argo Wilis, KA favoritnya. Saya menyanggupi dan memotret KA Argo Wilis di Stasiun Surabaya Gubeng. Dan itu adalah foto KA Argo Wilis saya yang pertama. Lalu om Rendra juga ikut mengajukan rikues, dan ini tidak main-main.

“Om, rikues foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil sekalian gerbong NR yang ada di dalamnya donk”
“Gerbong NR itu apa?”
“Gerbong penolong yang dipakai untuk menolong KA yang mengalami PLH”
“Okeh, siaap. Segera dieksekusi”

Begitulah kira-kira percakapan kami di thread di kaskus. Saya menyanggupinya tanpa tahu sejarah tempat tersebut dan sejarah gerbong NR yang akan saya potret. Pagi hari sebelum berangkat, saya membuat status di facebook “Berangkat hunting Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan NR nya”. Setelah membuat status, saya langsung berangkat ke Stasiun Sidoarjo, berdua, dengan perempuan kecil itu :)

Kami naik KA Penataran jurusan Malang. KA berangkat pukul 08.00 dan sampai di Bangil kira-kira pukul 08.30 an. Setelah meminta ijin PPKA setempat, saya langsung menuju bangunan dipo. Di dipo saya juga menyempatkan diri untuk ijin petugas yang sedang berada di sana. Selanjutnya kami berdua berfoto-foto di sekitar bangunan dipo. Saat menuju bangunan dipo yang sudah tampak lama dan terbengkalai, sebenarnya saya sempat ragu. Ada perasaan tidak enak dan mengganjal saat melihat bangunan tersebut. Tiba di pintu bangunan, saya tidak langsung masuk. Saya sempat terdiam sebentar, mengamati dan merasakan aura di dalam bangunan. Dingin. Dia yang menemani saya pun sempat mengajak untuk kembali, tidak masuk dipo. Tapi saya menolak. Saya ingin menepati janji kepada om Rendra. Bismillahirohmanirrohim. Saya pun melangkah masuk.

suasana Stasiun Bangil saat itu, foto tahun 2010

ruang PPKA Stasiun Bangil tahun 2010
Di dalam bangunan terasa dingin, sunyi, senyap, dan sepi. Saya melihat beberapa gerbong semacam PPCW (gerbong datar) dengan kode PPWRU. Saya melihat sekeliling, ada ruangan kerja, beberapa barang yang berserakan dan sebuah kran air yang airnya menetes pelan. Wah, suasana nya lumayan horror dan menyeramkan. Padahal saat itu siang hari. Saya lihat di ujung utara, sebuah gerbong tua yang diparkir di bagian paling belakang bangunan. Mungkin itu NR nya, ucap saya dalam hati.

Perlahan saya mendekat, aura mistis dan dingin bertambah kuat. Singup kalau orang Jawa bilang. Entah kenapa kaki saya terus saja melangkah maju sampai akhirnya tangan saya menyentuh gerbong tua itu. Memang aura nya terasa lain. Seperti ada yang sedang mengawasi saya dari jauh. Tapi tidak saya hiraukan. Saya masih belum tahu bagaimana cerita sejarah gerbong tua itu, dan bagaiman cerita para penghobi kereta api sebelum saya yang pernah memotret gerbong tua tersebut, jadi saya tetap santai dan tenang. Tidak berpikiran negatif dan macam-macam. Saya memotret gerbong NR itu dari berbagai sudut. Depan, samping, bahkan dari bawah. Dengan berani –atau lebih tepatnya nekat saya turun ke kolong gerbong untuk memotret dari bawah. Padahal….

Selesai memotret dan mengamati, saya kembali keluar. Di luar, sang perempuan sudah menunggu dengan resah. Saya juga bodoh, kenapa saya tinggalkan dia sendirian di luar? Kenapa tidak saya ajak masuk saja sekalian? Ah sudahlah, yang penting dia selamat dalam keadaan baik. Dia menyambut saya dengan muka gelisah.

“Aku kuatir,” katanya.
“Tadi pas sudah masuk, aku manggil-manggil dari luar. Kedengaran ga?”
“Ga, aku ga dengar apa-apa dari dalam,” sahutku.
“Ah sudahlah, yang penting ga ada apa-apa. Ayo kita pulang.”

Kami berencana pulang naik KA Penataran jam 12 dari Malang. Karena jam kedatangan kereta masih lama, kami menyempatkan diri untuk berfoto di sekitar stasiun dan membeli nasi bungkus untuk makan siang. Alhamdulillah, hunting hari itu berjalan lancar. Tapi saya tidak tahu, status di facebook saya sudah penuh dengan cerita sejarah Bekas Dipo Lokomotif Bangil, gerbong NR, rekan-rekan penghobi yang sebelumnya pernah memotret Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan gerbong NR nya.

Saya tahu setelah saya buka facebook saya di malam harinya. Astaga!!! Ternyata gerbong NR di Bekas Dipo Lokomotif Bangil sangat angker!!! Buset bener dah!!! Perasaan takut, kuatir, cemas, sekaligus bangga bercampur menjadi satu. Gerbong NR adalah salah satu gerbong yang dinyatakan angker oleh para penghobi kereta api sebelum saya. Sejarahnya cukup kelam dan seram. Menurut cerita, gerbong itu pernah dipakai untuk mengangkut mayat para korban pembantaian PKI di lintas Pasuruan – Bangil. Pintu gerbong NR yang berupa pintu slide, pernah dipakai untuk memenggal kepala korban kekejaman PKI. Ceritanya, korban direbahkan di lantai gerbong dengan bagian badan di dalam gerbong leher berada tepat di pintu. Lalu pintu ditarik dengan kencang sehingga bisa memenggal kepala korban. Haduuuuhhh….!!!

Bukan itu saja, menurut cerita para penghobi yang sudah pernah memotret sebelum saya. Mereka yang pernah memotret gerbong NR tersebut akan mengalami berbagai macam keganjilan. Mulai dari foto-foto yang ada di memory card menghilang secara misterius, lalu memory card rusak, terkena virus dan tidak bisa digunakan lagi. Tidak hanya memory card nya yang rusak, komputer dan laptop yang pernah disinggahi memory card yang berisi foto-foto gerbong NR itu pun juga ikutan rusak. Tak ketinggalan kamera yang dipakai. Salah seorang teman becerita, komputer temannya yang dipakai untuk menyimpan foto-foto gerbong NR tersebut rusak, sampai harus diperbaiki hingga 3 kali, tapi tetap saja rusak. Lalu kameranya juga. Kameranya sempat diperbaiki dan bisa dipakai sebentar, tapi tak lama. Sebulan setelah diperbaiki, keponakannya memukul kameranya dengan palu. Hancurlah kameranya :3

Tidak berhenti sampai di situ, orang yang memotret pun juga ikut ketularan. Masih menurut teman saya, sesaat setelah dia dan teman-temannya memotret, ada satu penghuni gerbong yang ikut. Penghuni tersebut nangkring di pundak teman nya selama beberapa hari, sampai orang tersebut sakit. Penghuni gerbong NR itu mau pergi setelah salah seorang teman berdialog secara baik-baik dengan nya. Dan sampai saat itu, hanya ada dua orang di Indonesia yang masih menyimpan foto-foto gerbong NR di Bekas Dipo Lokomotif Bangil. Dua orang tersebut termasuk saya. Kerusakan yang dialami kamera, komputer dan perangkat lainnya tidak langsung terjadi setelah selesai mengambil foto. Tapi terjadi seminggu setelah selesai mengambil foto. Asem tenan!!!

Cerita yang cukup membuat takut dan bulu kuduk berdiri. Saya sempat kuatir, bukan hanya mengkhawatirkan keselamatan handphone dan komputer saya, terlebih saya mengkhawatirkan keselamatan perempuan yang saya ajak untuk hunting di sana. Saya khawatir terjadi apa-apa kepada dirinya, karena saat itu saya tinggalkan dia di luar, sendirian. Tapi saya tetap berpikiran positif. Niat saya baik, saya tidak punya niat macam-macam saat datang ke sana dan memotret gerbong NR. Alhamdulillah seminggu setelah saya memotret, tidak ada hal negatif yang terjadi pada saya, perangkat saya, dan perempuan yang saya cintai. Semua baik-baik saja, dan sampai sekarang saya masih menyimpan foto-foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil beserta gerbong NR nya dengan aman.

Saya merasa bangga, saya adalah salah satu dari sedikit orang yang saat itu bisa memotret dan memiliki foto-foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan NR nya dengan aman, tanpa ada masalah. Karena setelah itu, ada dua orang teman yang memotret di sana mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Handphone yang dipakai memotret rusak dan satu teman lainnya kamera DSLR serta komputernya rusak berat sampai tidak bisa diperbaiki. Seram :3

Penasaran dengan foto-foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan gerbong NR nya? Silahkan, saya sertakan foto-fotonya lengkap di bawah ini. Jika ingin klik kanan dan save as, saya ijinkan tetapi dengan resiko Anda sendiri ya :D

Beginilah suasana di sekitar Bekas Dipo Lokomotif Bangil pada tahun 2010

Bekas Dipo Lokomotif Bangil

Bekas Dipo Lokomotif Bangil

kereta tua yang teronggok di depan dipo. entah kereta ini dulunya dipakai untuk apa



Bekas Griya Karya Stasiun Bangil

Bekas Griya Karya dan Turn Table Dipo Lokomotif Bangil

Lokomotif D301 61 sedang parkir di depan Bekas Dipo Lokomotif Bangil

narsis dulu yak hehehe :D

mungkin ini bangunan kantor Dipo, saya tidak tahu tepatnya untuk apa

gerbong PPWRU tua diparkir dan ditinggalkan di depan pintu masuk dipo


tampak kode gerbong PPWRU 12 ....

pintu masuk depan Bekas Dipo Lokomotif Bangil
sudah berasa mistisnya?
Dan inilah suasana di dalam Bekas Dipo Lokomotif Bangil, lengkap dengan gerbong NR nya. Kalau pengen save as, resiko ditanggung sendiri ya :D

gerbong-gerbong PPWRU tua

bekas loss dipo

bekas kantor dipo

kran air yang airnya tak berhenti menetes, entah mulai kapan sampai kapan. suara airnya yang menetes menambah kesan seram di dalam bangunan :3
penampakan gerbong NR

saya naik ke atas gerbong PPWRU dan mulai mendekat

gerbong NR 9
berasa ada yang mengawasi?



entah saya nekat, bodoh, atau berani saat mengambil foto dari bawah seperti ini. padahal ini di bawah adalah ....
 

pintu yang katanya pernah dipakai untuk memenggal kepala manusia :3

Pengalaman yang lumayan pahit tapi menyenangkan hehehe :D Di balik itu semua, Dipo Bangil dan gerbong NR nya telah membuat saya mempunyai dua keluarga baru. Om Rendra dan om Budi. Terima kasih saya untuk kalian berdua :)

Semua foto diambil tahun 2010 menggunakan handphone kamera SonyEriscsson K790i. Kondisi handphone saat ini sudah almarhum :'(

Berikut beberapa foto yang sempat saya abadikan sebelum kami berdua pulang kembali ke Sidoarjo

gerbong ketel diparkir di emplasmen Stasiun bangil

gerbong kricak yang sudah terisi batu balas, siap untuk dirangsir dan berdinas

KA Mutiara Timur Pagi dari Surabaya Gubeng tujuan Banyuwangi, masuk jalur 1 Stasiun Bangil

Lokomotif D301 61 siap merangsir rangkaian gerbong kricak

sepur yang saya anggap aneh saat itu karena baru pertama saya melihatnya, dan sampai sekarang saya tidak tahu sepur apa ini namanya, dan gunanya untuk apa :v

lokomotif CC 203 41 sudah menempel pada rangkaian kricak, siap berangkat ke arah Malang.
dengan sok tau saya menjelaskan kepada perempuan kecil itu, bahwa ini namanya Argo Kricak. Kenapa dinamakan Argo Kricak? Karena lokomotifnya biasanya dipakai untuk menarik rangkaian KA Argo atau Eksekutif. hahaha sok tau yak, maaf ya :D

KA Penataran dari Malang masuk Stasiun Bangil, siap membawa kami kembali pulang ke Sidoarjo

bersambung ....