Rabu, 22 April 2015

Tips dan Trik : Memilih spot untuk hunting (bagian kedua)

sebelumnya, baca dulu yang bagian pertama :D


Dengan siapa kita memotret
Kelihatannya sepele, tapi ini juga penting. Banyak faktor yang menjadi pertimbangan. Semisal, kita akan hunting sendirian. Jika hunting sendirian sebaiknya memilih spot yang tidak terlalu jauh dari pemukiman penduduk. Kenapa? Alasan utama adalah faktor keamanan. Ingat, keamanan saat hunting adalah faktor utama dan harus menjadi kebiasaan untuk selalu menjaga keamanan saat hunting. Baik itu keamanan diri sendiri, orang lain, maupun keamanan perjalanan kereta api. Sangat tidak disarankan hunting sendirian, meskipun Anda punya predikat "master" :D

Hunting bareng dengan 3 orang teman
di tanggul lumpur lapindo Porong
Misalkan juga kita akan hunting rame-rame atau hunting bareng. Memilih stasiun sebagai tempat hunting bareng juga tidak cocok, karena akan mengganggu pekerjaan di dalam stasiun. Hunting bareng sebaiknya dilakukan di spot yang luas, semisal di sawah, pantai, atau bukit. Selain bisa menampung banyak orang, angle yang didapat dari setiap orang yang memotret akan berbeda satu dengan yang lain.




Ketersediaan alat transportasi
sepeda yang biasa saya pakai untuk hunting
hanya bisa menjangkau jarak 10-30 km saja
Ini juga menjadi faktor yang cukup penting sebelum memilih spot. Alat transportasi apa yang kita miliki yang bisa mengantar kita ke tempat kita hunting. Mobil, motor, sepeda onthel, bis, truk, kereta api, atau kita cuma bisa jalan kaki. Mobil atau motor bisa menjangkau tempat-tempat yang jauh dari rumah tinggal kita. Bahkan motor bisa kita bawa blusukan ke tempat-tempat yang tidak bisa dijangkau oleh mobil.  Transportasi umum seperti bis dan kereta api bahkan bisa lebih jauh lagi, tetapi tentu saja transportasi umum memiliki keterbatasan tertentu dibandingkan jika kita naik kendaraan pribadi. Menurut pengalaman saya, sepeda onthel hanya bisa menjangkau jarak 10-30 km untuk hunting. Mau terbang naik pesawat atau helikoper untuk hunting? Boleh saja kalau bisa, dan lebih bisa menjangkau spot-spot yang tidak bisa dijangkau oleh kendaraan darat.

Kereta apa saja yang akan lewat
Mungkin ini tidak sepenting beberapa faktor di atas, tetapi terkadang faktor ini juga berpengaruh terhadap pemilihan spot hunting. Kereta api barang, penumpang -ekonomi, bisnis, eksekutif, kereta inspeksi, KLB (Kereta Luar Biasa), terkadang menjadi lebih cantik jika difoto di spot-spot tertentu. Misalnya, di spot tikungan "S" Kalimenur. Karena di spot tersebut rel nya berkelok membentuk huruf "S", maka kereta yang paling cocok di foto di tempat tersebut adalah kereta angkutan barang. Kenapa? Karena kereta angkutan barang biasanya membawa kurang lebih 20 sampai 30 gerbong barang, sehingga jika melewati spot tersebut kereta akan terlihat berkelok membentuk huruf "S" dan akan terlihat sangat indah jika difoto. Tetapi jika kita akan memotret kereta inspeksi atau lori, sangat tidak cocok memilih spot di kalimenur, karena kereta inspeksi hanya satu kereta saja. Saya sendiri seringkali menjadikan hal ini sebagai pertimbangan sebelum memilih spot. Jika saya ingin memotret kereta api tertentu -semisal kereta api favorit saya, Bima, saya akan mempertimbangkan pemilihan spot tertentu sebelum memotret, semisal di viaduct Stasiun Sengon (dan sampai sekarang masih belum keturutan motret Bima di Sengon :3 ). Atau saya ingin memotret kereta lokal Penataran. Karena keretanya berwarna kuning, maka akan sangat cocok difoto di sawah yang berwarna hijau dengan background langit biru. Seperti contoh foto di bawah ini.
KA Penataran di persawahan sebelah utara Stasiun Sengon
kereta api berwarna kuning akan sangat bagus difoto
dengan foreground sawah hijau dan background langit biru.

Momen yang akan kita abadikan
rangsiran KA Gajahwong saat sunset
spot di emplasmen Stasiun Lempuyangan
Keindahan matahari terbit (sunrise), matahari terbenam (sunset), blue hour, golden hour, momen persilangan, papasan, balapan sepur, momen "kobong", adalah beberapa dari sekian banyak momen yang dapat menjadi faktor penentu penentuan spot hunting. Momen-momen tersebut tentu saja membutuhkan spot-spot yang berbeda pula jika kita ingin menangkap momen tersebut. Memang ada beberapa spot yang bisa menangkap beberapa momen sekaligus, tapi banyak juga spot yang hanya punya satu momen dalam satu waktu. Sehingga jika kita ingin mengabadikan beberapa momen, kita harus berpindah-pindah spot.








Gunakan peta
Salah satu fungsi diciptakannya peta adalah untuk membantu kita menentukan posisi, mencari tempat, navigasi, menentukan posisi, dan lain sebagainya. Dahulu peta berupa gulungan kertas yang harus dibawa ke mana-mana. Sekarang, sudah ada berbagai macam peralatan canggih untuk mendukung navigasi kita dalam memilih spot hunting. Google Earth atau Google Maps, adalah salah satu peralatan canggih yang selalu saya andalkan dalam mencari spot hunting, terutama spot-spot baru yang belum pernah saya coba. Dengan menggunakan GE atau GM, kita bisa lebih mudah menentukan spot hunting. Karena data-data yang dimilikinya memungkinkan kita untuk bisa membuat gambaran singkat mengenai posisi rel terhadap matahari, hasil foto yang akan dicapai, topografi, cuaca, dan lain sebagainya. Karena aplikasi ini dilengkapi dengan foto citra satelit yang selalu update. Aplikasi tersebut juga bisa membantu kita menentukan arah jalan untuk mencapai spot yang kita inginkan.
Aplikasi Google Earth dipakai untuk mencari spot di Kalimenur
garis hitam berbelok-belok adalah rel
garis kuning adalah jalan raya

Catatan tambahan
Khusus jika kita ingin hunting di stasiun, dipo lokomotif, dipo kereta, atau bahkan Balai Yasa, kita memerlukan ijin khusus dari pihak PT. KA. Karena tempat-tempat tersebut merupakan area terbatas, dalam artian tidak semua orang bebas masuk dan mengambil gambar atau dokumentasi di tempat-tempat tersebut. Tetapi jika di stasiun mungkin masih bisa sedikit lebih bebas, jika harus ijin pun bisa langsung ke Kepala Stasiun setempat. Dan jika kita hunting di lintas yang berdekatan dengan stasiun atau PJL, sebaiknya meminta ijin petugas setempat atau setidaknya memberitahu bahwa kita mengadakan aktifitas hunting kereta api di sekitar tempat tersebut. Selain faktor kesopanan, faktor keamanan juga merupakan yang utama dipertimbangkan.

Memotret kereta api memang unik, tidak seperti memotret obyek lain. Karena kereta api adalah obyek yang dinamis, bergerak dan selalu berubah. Oleh karena itu memotret kereta api membutuhkan banyak pengalaman untuk bisa menghasilkan foto yang indah dan bagus. Ingat, selalu utamakan keselamatan sebagai yang utama. Jadikan keselamatan saat hunting sebagai kebiasaan, sebagai budaya kita sebagai para tukang foto sepur. Jika ada rekan-rekan railfans yang punya tips atau trik lain dalam memilih spot hunting, silahkan langsung ditulis di kolom komentar.

Terima kasih.

Selamat berburu kereta api.

Selasa, 21 April 2015

Tips dan Trik : Memilih spot untuk hunting (bagian pertama)

Railfans adalah hobi yang unik. Betapa tidak, ini adalah hobi yang kebanyakan orang memandang sebagai hal yang aneh, tidak biasa, atau bahkan kurang kerjaan. Ngapain juga kereta api difoto, dikejar-kejar ke sana ke mari. Nungguin kereta api di pinggir rel, di atas gunung, di tengah sawah, panas-panasan, hujan-hujanan, dan lain-lain. Meskipun begitu, hobi ini sudah ada sejak lama, bahkan semenjak setelah era kemerdekaan negeri kita.

Kalau di jaman dulu, saat kamera masih menjadi barang yang langka dan mahal, hanya orang-orang di luar Indonesia yang bisa melakukan hobi ini, karena di Indonesia mempunyai kamera adalah sesuatu yang masih cukup mustahil. Dan foto-foto kereta api pun tujuan utamanya adalah dokumentasi. Karena bersifat dokumentasi, maka semua yang berhubungan dengan kereta api didokumentasikan, diabadikan, di manapun itu tempatnya. Baik di stasiun, di dipo, maupun di lintas.

Saat ini, hobi railfans (terutama memotret kereta api) sudah mengalami begitu banyak perubahan. Tidak hanya bersifat dokumentasi, foto-foto kereta api saat ini sudah dipadukan dengan teknik, estetika, dan seni. Tidak hanya di stasiun atau di dipo lokomotif, para railfans berlomba-lomba menjelajah segenap penjuru negeri demi mendapatkan foto kereta api yang cantik, indah, dan luar biasa. Apalagi jika ada momen kereta api yang langka. Para pecinta kereta api berlomba mendapatkan gambar atau foto terbaik dari momen tersebut.

Untuk mendapatkan foto kereta api yang cantik dan indah dipandang mata, salah satu faktor penting yang mempengaruhi adalah tempat atau lebih dikenal dengan spot untuk memotret. Dan beruntunglah kita yang tinggal di Indonesia, negeri kita mempunyai alam yang sangat indah, yang sangat cocok jika dipakai untuk memotret kereta api. Gunung, lembah, hutan, sungai, pantai, sawah, jembatan, tanjakan, turunan, belokan, dan lain sebagainya. Negeri kita sangat kaya akan spot-spot indah untuk berburu foto kereta api.

Lalu bagaimana memilihnya? Bagaimana memilih spot yang tepat untuk memotret kereta api? Faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan sebelum memilih spot hunting?

Di sini saya mencoba berbagi tips dan trik berdasarkan pengalaman saya memotret kereta api. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih spot untuk memotret kereta api.

Waktu pemotretan
KA Sriwedari dengan background Gunung Merapi, spot di
timur Stasiun Bramaban, sebelah selatan rel, difoto pagi hari
di bulan Nopember karena matahari ada di sebelah selatan rel
Kita harus memutuskan kapan kita akan memotret kereta api. Apakah itu pagi, siang, sore, atau malam hari. Hal ini sangat penting karena waktu pemotretan ini berhubungan langsung dengan elemen yang sangat penting dalam fotografi, yaitu pencahayaan. Jika kita sudah menentukan kapan waktunya kita memotret kereta api -misalnya pagi hari, maka kita akan bisa menentukan spot mana yang mempunyai pencahayaan yang bagus untuk memotret kereta api. Karena terkadang, ada tempat-tempat tertentu yang memiliki pencayahaan yang berbeda di saat pagi, siang, atau sore hari. Suatu spot mungkin akan bagus untuk dipakai memotret di pagi hari, tapi tidak bagus untuk dipakai memotret di sore hari. Atau sebaliknya. Dan tentu saja, jika kita memotret di malam hari kita harus memilih spot dengan pencahayaan lampu yang cukup. Tidak mungkin kita memotret kereta api di malam hari dan kita memilih spot dari atas bukit atau di tengah sawah. Kecuali jika mau membawa lampu stadion sepak bola :D

KA Semen dengan background bukit, spot di timur
Stasiun Bramaban, sebelah utara rel, 
difoto pagi hari
di bulan April karena matahari ada di sebelah utara rel
Mengetahui siklus posisi bumi terhadap matahari juga sangat penting. Berdasarkan pengalaman saya, beberapa tempat memiliki posisi rel yang unik terhadap terhadap matahari. Saya berikan contoh spot di sebelah timur Stasiun Brambanan. Rel lurus membentang dari timur ke barat. Posisi rel ini tentu mudah bagi kita untuk menentukan kereta dari mana saja yang bagus untuk difoto di pagi, siang, atau sore hari. Tetapi, posisi rel ini juga berada tepat di lintasan siklus posisi bumi terhadap matahari (saya kurang paham istilahnya hehe). Singkatnya, posisi matahari terhadap rel berbeda dalam setahun. Kira-kira saat bulan April sampai Nopember, posisi matahari ada di sebelah selatan rel. Sedangkan saat bulan Desember sampai Maret, posisi matahari ada di sebelah utara rel. Hal ini tentu saja harus diperhatikan jika kita ingin mendapatkan foto dengan pencahayaan yang bagus.

Topografi
Sebelum memilih suatu tempat untuk spot hunting kereta api, sebaiknya kita terlebih dahulu mengetahui topografi suatu daerah. Apakah tempat itu berupa perbukitan, gunung, lembah, hutan, sawah, sungai, pantai, tengah kota, di daerah pinggiran, menanjak, menurun, berkelok, dan lain sebagainya. Menurut saya ini juga penting karena kita bisa membuat persiapan segala sesuatunya sebelum mendatangi spot tersebut. Misalnya, kita akan memilih sebuah spot di atas gunung atau bukit yang jauh dari pemukiman. Tentunya hal-hal yang perlu kita siapkan sangat berbeda jika kita memilih untuk hunting di tengah kota yang padat penduduknya. Misalnya jika kita hunting di gunung atau bukit, kita perlu membawa bekal makanan dan minuman yang cukup karena tempat tersebut jauh dari yang namanya warung. Tapi jika hunting di tengah kota, tidak perlu membawa banyak makanan atau minuman karena di kota sudah banyak tersedia penjual makanan dan minuman.

KA Semen
spot dari atas bukit Boko, Prambanan
menggunakan lensa dengan focal length 75 mm
Topografi juga mempengaruhi persiapan peralatan yang akan kita bawa, dalam hal ini kamera. Misalnya kita akan hunting dari atas bukit yang tinggi dan jauh dari rel, atau dari atas gedung bertingkat, tentu saja kita setidaknya harus mempersiapkan lensa tele untuk memotret dari jarak jauh. Jika kita hunting di stasiun atau di tengah kota yang padat bangunan, kita perlu mempersiapkan lensa pendek atau wide. Dan lain sebagainya.




Hasil yang kita inginkan
Apakah kita menginginkan foto kereta api dengan background pemandangan alam, gunung, sawah, jembatan, bukit, dan lain sebagainya. Atau kita menginginkan hasil foto fokus pada kereta api nya saja, atau mungkin ditambahkan sedikit human interest di dalamnya. Hal ini juga penting dipertimbangkan sebelum kita memilih spot hunting kereta api. Tidak mungkin kan jika kita ingin memotret kereta api dengan human interest, tapi kita huntingnya dari atas bukit atau di pinggir laut. Atau jika kita ingin memotret kereta api di tengah keramaian kota, tidak mungkin kita huntingnya di hutan atau di sawah (you don't say) :D

Rangsiran KA Semen di emplasmen Stasiun Lempuyangan
difoto dari atas Fly Over Stasiun Lempuyangan - Yogya
Hasil foto yang kita inginkan juga masih berkaitan dengan topografi suatu daerah. Daerah perbukitan dan gunung, biasnya mempunya rel yang berkelok-kelok, naik turun, dan punya banyak tikungan. Sedangkan tempat-tempat dataran rendah biasanya didominasi oleh rel yang membentang lurus dari timur ke barat atau dari utara ke selatan. Ini juga menjadi hal yang sangat penting sebelum memilih spot hunting. Apakah kita nantinya ingin kereta api yang kita foto berkelok-kelok, menikung, naik, turun, atau sekedar foto kereta api yang lurus melewati rel yang membentang lurus. Atau mungkin kita ingin memotret momen persilangan, papasan, atau balapan kereta api. Semua hal itu menjadi pertimbangan sebelum kita memilih spot hunting.

Cuaca
Saya rasa semua railfans juga tahu bahwa cuaca juga sangat menentukan pemilihan spot hunting. Cuaca cerah sangat cocok untuk dipakai hunting di mana saja. Di hutan, sawah, bukit, gunung, jembatan, sungai, pantai, di kota, di daerah pinggiran, gedung bertingkat, di mana saja asal ada rel dan ada kereta nya. Tetapi apabila cuaca sudah mulai mendung, atau bahkan hujan, hunting di tempat terbuka adalah pilihan yang salah. Kecuali jika Anda termasuk railfans nekat :D

Hunting nekat saat hujan deras
di sepanjang tanggul lumpur lapindo
di Jalan Raya Porong
Dan jika memang nekat akan memotret di tempat terbuka saat hujan -misalnya untuk mengejar momen, saya punya tips dan trik memotret di saat hujan.

Gear atau peratalan kamera yang kita punya
Ini menjadi faktor yang cukup penting untuk dipertimbangkan. Setiap kamera memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing dalam memotret. Saya rasa semua tukang foto sepur juga tahu tentang hal ini, apa kelebihan dan kekurangan setiap kamera. Apakah itu kamera poket, prosumer, DSLR, mirroless, kamera handphone, atau handycam. Tidak perlu memaksakan untuk memilih spot yang sekiranya "melampaui batas kemampuan kamera". Misalnya kita hanya punya kamera handphone atau kamera poket dengan zoom terbatas, tidak perlu memaksa naik ke atas bukit atau gunung untuk memotret. Memang bisa memotret kereta api dengan pemandangan dari atas gunung atau bukit, tetapi nanti malah akan menjadi foto pemandangan karena kereta nya akan terlihat sangat kecil. Apapun kameranya itu tidak terlalu penting, yang menentukan hasil akhir adalah tukang fotonya.

Satu lagi peralatan canggih yang bisa dipakai untuk memotret kereta api. Drone. Ini adalah peralatan terbang canggih dengan pengendali jarak jauh yang bisa dipasangi kamera untuk memotret atau merekam video. Drone ini bisa terbang tinggi (entah sampai berapa meter karena saya sendiri juga belum pernah mencoba pakai) dan ini sangat menguntungkan. Bisa memotret dari angle yang bisa dibilang menjadi favorit para railfans. Bird eye angle.

Jika belum punya kamera dan ingin membeli kamera, di sini saya punya tips memilih kamera untuk memotret kereta api.

Saya juga punya tips dan trik memotret dengan kamera handphone, bagi yang belum punya kamera pocket atau DSLR

Bersambung ke bagian kedua

Kamis, 09 April 2015

Teknik zoom in dan zoom out

berbagai macam teknik, kamera, dan lensa digunakan oleh para railfans untuk berburu foto dan video kereta api. ada yang menggunakan kamera DSLR dengan berbagai macam lensanya, kamera prosumer dengan zoom yang luar biasa, kamera poket yang simple, dan bahkan kamera handphone. semua punya teknik yang berbeda-beda pula.

dalam video ini, saya hunting menggunakan dua teknik berbeda, dua kamera berbeda, dan dua lensa berbeda di satu spot yang sama tapi di waktu yang berbeda pula. ini hanya sedikit dari berbagai macam teknik dan peralatan yang digunakan railfans selama ini. 
semoga membawa manfaat :)


Perbedaan 3 White Balance pada video

Salah satu fitur yang dimiliki oleh kamera digital adalah white balance. Apa itu white balance? Silahkan cari di google apa itu pengertian, pemahaman, dan bagaimana aplikasinya saat dipakai untuk memotret atau membuat video. 

Di sini saya hanya akan memberikan sedikit contoh pemakaian 3 white balance berbeda saat hunting video kereta api. Dari 3 white balance yang berbeda tersebut akan menghasilkan 3 video dengan warna yang berbeda pula. 

Kereta api yang direkam adalah KA Malioboro Ekspres, KA Joglo Ekspres, dan KA Argo Lawu, pagi hari di sekitar jembatan Kali Opak, Prambanan. Kamera yang dipakai Nikon D5100 dengan lensa kit 18-55 mm