Jumat, 31 Oktober 2014

Railway Photo : KA Logawa


Kereta Api Logawa
Lokasi : Jembatan Kali Opak, Bokoharjo - Prambanan
Daerah Operasi 6 Yogyakarta
Data exif : CANON 1100D | 168 mm | F/10 |  1/640s | ISO-400 | +0.3 step
foto oleh : dhannie setiawan

Senin, 27 Oktober 2014

Tips dan Trik : Night Shoot

Gelap, cahaya minim, lampu temaram inilah biasanya yang kita temui pada saat malam hari. Pada kondisi ini sering membuat kita tergoda untuk memotret, warna warni lampu, hitamnya langit, dipadu dengan bangunan stasiun yang megah dan tentu saja kereta api sebagai bumbu penyedap dalam foto. Memotret pada malam hari mempunyai tantangan tersendiri, seperti kurangnya cahaya, sering gambar yang diambil menjadi gelap, blur dan sebagainya.

Hal ini bisa di siasati dengan penggunaan  tripot, blitz (flash), dan setingan kamera yang tepat. Memotret dengan cahaya minim ini dapat dilakukan dengan kamera digital  pocket atau DSLR  yang tentunya keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.  Tangtangan lain adalah ketika kita memotret objek bergerak  dalam hal ini tentusaja kereta api akan mendapatkan  gambar yang seperti blur hal ini dikarenakan  penggunan shuter speed yang memang  kecepatan rendah (efekslow speed), hal ini tentu saja wajar. Akan lebih mudah jika memotret objek  diam  dan bisa mendapatkan gambar yang freeze (beku).

Ada cara lain guna mendapatkan gambar objek bergerak  saat memotret malam namun tetap mendapatkan objek yang freeze (beku)  tapi tetap  mempunyai efek slow speed. Caranya dengan seting manual dengan bukaan  diapraghma besar f/3 sampai f/1.8 dengan shuter speed diatas 1-3 detik  ditambah dengan penggunaan flash dan tentusaja tripot. Gambar yang di hasilkan tentusaja akan cukup mengesankan.

Perlu diperhatikan juga dalam penggunaan ISO, ISO disini membantu sensivitas cahaya dan intensitasnya yang masuk kedalam kamera, secara teori tentu saja menggunakan ISO yang tinggi (800 keatas) akan semakin menambah kecerahan pada gambar begitu juga sebaliknya, yaitu menggunakan ISO rendah ( 200 ke bawah) akan berimbas pada gelapnya gambar. Yang perlu diperhatikan adalah jika menggunakan ISO tinggi akan menghasilkan noise yang cukup tinggi dan ini harus dihindari.

Berikut merupakan tips untuk memotret pada malam hari.


Mode Malam (night shoot)
Pada kamera digital masakini biasanya sudah di lengkapi dengan fitur  ini, penggunaan fitur ini tentusaja sangat membantu bagi para pengguna yang masih awam, karena segala setingan kamera sudah di set dari pabriknya untuk  penggunaan pada malam hari, tentu saja dengan keterbatasan yang ada tapi masih sangat disarankan untuk para pemula, karena tidak perlu repot-repot tuk menyeting kamera baik untuk pengguna kamera pocket atau DSLR.


Tanpa Flash
Salah satu keunggulan  memotret tanpa menggunakan flash yaitu gambar yang dihasilkan cenderung lebih real dan tidak datar nuansanya,  efek samping yang di timbulkan biasanya berupa hasil foto yang kurang terang bahkan noise yang  ditimbulkan cukup menonjol, untuk mencegahnya bisa menggunakan software foto  yang bisa mereduksi noise, seperti  Noiseware, Noise ninja dan lain-lain sesuai kebutuhan kita. Jika harus menggunakan flash juga tidak diharamkan  khusus kamera DSLR tinggal di sesuaikan saja tingkat metering level pada kamera kita.




Tripod
Penggunaan tripot merupakan peralatan wajib jika ingin memotret malam dengan hasil yang baik, karena   untuk menangkal  agar gambar yang dihasilkan tidak goyang (shaking) , Jika tripot tidak tersedia kita bisa gunakan lingkingan sekitar sebagai pijakan kamera, usahakan  kamera tetap stabil dan di sarankan penggunaan timer pada saat menekan tombol shuter  untuk mencegah goyangnya kamera pada saat kita menekan tombol tersebut. Jika tidak ada juga usahakan menggunakan  view finder  dan bersandar pada tembok atau apapun yang kokoh  pada saat memotret dan juga  menahan nafas saat  menekan tombol shuter tersebut.      




Seting Manual
Usahakan untuk menggunakan aperture (rana) sebesar mungkin, jika lensa anda memiliki batas aperture terbesar f/3.5, pakailah aperture f/3.5, naikkan ISO (asa)  kamera  hingga shutter speed  mencapai minimal 1/60 (pada beberapa kamera generasi terbaru bisa menggunakan  seting ISO hingga diatas 1000 dan masih bisa menghasilkan foto yang rendah noise. Jika ingin membuat efek sinar membintang pada gambar bisa menggunakan setingan  aperture  kecil  diatas f/12 dan speed diatas  1 detik, panjang nya efek sinar pada  gambar tergantung penggunaan lensa dan focal legth pada kamera  kita.


Memotret sepur di malam hari memang mengasyikan,  tentu saja yang harus diperhatikan juga kekuatan kamera kita, karena  dapat berimbas pada panasnya sensor pada kamera kita dan nantinya akan mengurangi kemampuan kamera kita dalam menangkap gambar, bisa dibilang dalam memotret pada pencahayaan rendah kinerja kamera bekerja dua kali lipat pada saat kondisi pencahayaan  cukup. 

Selamat mencoba.
artikel oleh Ifan Triyanto


Sabtu, 25 Oktober 2014

Tutorial : Safety Hunting

Memotret kereta api adalah salah satu hobi yang luar biasa menyenangkan, terutama untuk kita para pecinta kereta api atau yang bisa disebut railfans. Bagi orang-orang yang notabene bukan railfans pun, memotret atau sekedar menikmati kereta api adalah hal yang sangat menyenangkan.

Tentu saja, kita harus bisa menikmati hobi yang menyenangkan ini dengan cara yang sehat dan aman. Keamanan menjadi prioritas utama dalam hobi menikmati kereta api, terutama memotret. Karena apa yang kita potret adalah benda yang besar, keras, dan bergerak dengan cepat, yang mempunyai energi potensial yang besar pula. Dan jangan sampai hobi kita ini mengganggu perjalanan kereta api yang kita cintai.

Lalu, bagaimana kita bisa memotret kereta api dengan aman dan nyaman, tanpa mengganggu perjalanan kereta api dan mengganggu keamanan diri kita sendiri dan orang lain?
Berikut saya berikan beberapa tips safety hunting menurut pengalaman saya selama hunting di rel. Semoga bisa memberikan manfaat.

Jarak yang cukup
Jangan memotret terlalu dekat dengan rel. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, ada yang namanya ruang manfaat jalur kereta api. Bisa dilihat di BAB IV Bagian Kedua. Ruang manfaat jalur kereta api sebagaimana dimaksud terdiri atas jalan rel dan bidang tanah di kiri dan kanan jalan rel beserta ruang di kiri, kanan, atas, dan bawah yang digunakan untuk konstruksi jalan rel dan penempatan fasilitas operasi kereta api serta bangunan pelengkap lainnya. Nah tentu saja jika kita tidak boleh hunting di ruang manfaat rel tersebut, apalagi langsung di atas rel nya. Ambillah jarak minimal kurang lebih 5 - 10 meter dari rel jika memungkinkan. Jarak yang terlalu dekat dengan rel juga akan mengganggu masinis dalam menjalankan kereta api.

Jagalah pula jarak aman dengan obyek kereta api yang akan kita ambil gambarnya. Jangan terlalu dekat, kecuali keretanya berhenti hehe :D

Cari spot yang aman
Teknik mencari spot juga berperan penting dalam safety hunting. Selain tidak terlalu dekat dengan rel dan kereta, carilah spot yang benar-benar aman dan nyaman untuk hunting. Apalagi jika kita hunting harus memanjat gunung, membelah hutan, atau melewati tempat-tempat ekstrim seperti sungai, jembatan, dan terowongan. Jangan memaksakan untuk spotting di tempat yang berbahaya meskipun akan menghasilkan foto yang bagus. Ingat, keamanan adalah yang paling penting. 

Jangan hunting sambil mendengarkan musik
Kenapa? Karena kita tidak bisa tahu kalau akan ada kereta yang lewat hehe :D
Selain itu, mendengarkan musik saat kita dekat dengan rel adalah ide yang sangat buruk. Kita tidak akan bisa mendengarkan semboyan 35 atau suara deru kereta yang mendekat. Kita bisa saja kehilangan momen berharga, dan yang lebih parah kita bisa kehilangan nyawa. Mau kehilangan nyawa?

Jangan menelpon saat hunting atau saat berjalan di rel
Sama seperti yang sudah dijelaskan di atas, menelpon akan mengalihkan perhatian kita. Kita tidak akan tahu ada kereta yang akan mendekat. Kita bisa kehilangan momen dan juga kehilangan nyawa.

Jangan hunting sendirian
Ini juga penting. Meskipun kita adalah orang yang pemberani, tidak takut apapun, atau kita orang yang penyendiri, hunting sendirian bukanlah ide yang bagus. Minimal ajak satu orang untuk menemani kita hunting. Satu orang itu akan berperan sebagai teman, penjaga, pengawas, bahkan lawan untuk berkompetisi mendapatkan foto yang paling bagus. Jika kita mengajak teman untuk hunting, kita bisa saling menjaga, saling mengingatkan, saling membantu selamat kita hunting.

Konfirmasikan dengan petugas terdekat
Bahkan saat kita hunting di lintas. Jika ada petugas yang dekat dengan tempat kita hunting, kita wajib meminta ijin kepada petugas yang sedang bertugas. Entah itu petugas di stasiun, petugas PJL, atau bahkan petugas yang sedang berjalan mengecek petak jalan. Apa gunanya? Selain untuk menjalin keakraban dengan petugas, juga agar ada orang yang tahu bahwa kita sedang hunting kereta api. Terlebih jika kita hunting di tempat dinas mereka. WAJIB hukumnya untuk meminta ijin kepada petugas setempat.

Hapalkan jadwal perjalanan kereta api (Perka)
Menghapal jadwal kereta yang akan melewati stasiun terdekat juga merupakan sebuah kewajiban saat kita hunting. Selain agar kita bisa memotret kereta di tempat dan waktu yang tepat, menghapal perka dan gapeka sangat penting apabila kita hendak berpindah dari satu spot ke spot lain dengan melewati rel, terutama jembatan dan terowongan. Kita bisa melewati jembatan dan terowongan saat jam perka sedang kosong sehingga tidak mengancam keselamatan kita sendiri dan orang lain.

Bawa bekal makanan dan minuman
Kecuali jika kita sedang berpuasa, makanan dan minuman juga merupakan faktor yang sangat penting saat kita hunting. Kekurangan minuman bisa menurunkan tingkat konsentrasi kita. Jika konsentrasi kita menurun, kita tidak akan mendapatkan foto yang bagus. Secara tidak sadar kita juga bisa melakukan hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan diri kita sendiri dan orang lain. Lapar juga bisa sangat mengganggu saat hunting. Kita tidak ingin kan saat kita hunting di gunung atau di sawah, lalu tiba-tiba kita pingsan karena kurang makan :D

Bawalah peralatan keselamatan secukupnya
Payung, jas hujan, dan alas kaki yang memadai sangat penting saat kita hunting. Terutama jika kita hunting di lintas, di sawah, gunung, hutan, sungai, jembatan, dan terowongan. Jangan lupa juga untuk men-charge baterai handphone kita dan membawa powerbank, kalau perlu bawa juga baterai cadangan.

Semua yang telah saya jelaskan di atas adalah berdasarkan pengalaman saya sendiri dan cerita dari teman-teman saya selama berburu foto kereta api. Utamakan keselamatan selama hunting. Ingatlah bahwa selalu ada resiko dan bahaya yang mengancam kita kapanpun dan di manapun. Oleh karena itu kita harus selalu berhati-hati. Jika ada yang kurang atau salah, silahkan ditambahkan di kolom komentar.



MARI BUDAYAKAN KESELAMATAN SEBAGAI KEBUTUHAN

Kamis, 23 Oktober 2014

Railway Photo : Kereta Api Angkutan Barang Semen Holcim


Kereta Api Angkutan Barang Semen Holcim
melintas di area persawahan sebelah timur Stasiun Brambanan, Prambanan - Klaten
Daerah Operasi 6 Yogyakarta
data exif : NIKON D3100 | 18 mm | F/10 | 1/2000s | ISO-1000
foto oleh : dhannie setiawan



Rabu, 22 Oktober 2014

Railway Photo : Persilangan Kereta Api


Kereta Api Prambanan Ekspres dan Sriwedari
bersilang di tikungan besar sebelah timur Stasiun Brambanan,
Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten - Jawa Tengah
Daerah Operasi 6 Yogyakarta
data exif : Fuji Film | 28 mm | F/5.2 | 1/400s | ISO-100
foto oleh : dhannie setiawan


Railway Photo : Kereta Api Komuter


Kereta Api Komuter dengan relasi Stasiun Surabaya Kota - Porong
melintas di area persawahan di sebuah desa di Kecamatan Tanggulangin
Daerah Operasi 8 Surabaya
data exif : CANON 1000D | 18 mm | F/5 | 1/800s | ISO-100
foto oleh : dhannie setiawan

Tips dan Trik : Sepur Diagonal


Tips ini masih seputaran komposisi foto sepur kita. Saya pernah membaca sebuah artikel di internet, yang kira2 intinya seperti ini, "Sebuah garis atau pattern bisa membuat/menjadi focal yang akan menggiring mata untuk lebih jauh mengexplore foto kita. Kadang leading lines atau pattern tersebut bahkan bisa menjadi POI dari foto tersebut." Dalam fotografi sepur kita, ntu saja garis yang dimaksud adalah rel atau rangkaian kereta api itu sendiri. 


Dalam mengatur komposisi foto sepur kita, kita bisa menambahkan unsur "garis" ke dalamnya. Saya pernah membahas tentang rel yang terpotong. Itu juga bisa dimasukkan ke dalam unsur "garis" dalam foto kita. Lalu ada juga yang namanya "garis diagonal". Kita semua tentu tahu apa definisi garis diagonal. Lalu apa hubungannya dengan foto sepur kita? 



Perhatikan contoh foto. Jika kita amati foto 1 (abaikan cross nya), sepur dan atau rel nya membentuk sebuah garis diagonal dari ujung kiri ke ujung kanan, atau ujung atas ke ujung bawah, atau sebaliknya. Dengan membentuk garis diagonal tersebut, foto akan terlihat lebih menarik, lebih "eyecatching", daripada sepur di foto 2. Kenapa? Karena rel dan kereta di atasnya membentuk garis diagonal. Coba bayangkan kalau pada foto 1, sang fotografer menempatkan rel nya di tengah frame, bukan di ujung frame, foto akan terlihat monoton. Dan saya juga pernah mendengar istilah dari teman yang sudah sesepuh motret sepur, katanya "diagonal biar bisa terkenal" 

semoga tips ini bermanfaat 

Selasa, 21 Oktober 2014

Tips dan Trik : Menembak dengan Senjata Laras Panjang

Judulnya terdengar keren ya? kita seperti menjadi seorang penembak jitu atau sniper dalam perang. kita seperti pemburu. memang, kita pemburu sepur hehehe 



Judul di atas bisa diartikan kita memotret dengan menggunakan lensa tele atau lensa panjang. sepertinya sepele, tapi memotret dengan menggunakan lensa tele juga membutuhkan beberapa teknik agar kita bisa menghasilkan foto yang cakep bin ciamik dan juga tajam. apalagi jika lensa tele kita tidak dilengkapi dengan IS (Image Stabilizer, sebutan di lensa canon) atau VR (Vibration Reduction, sebutan di lensa nikon) dan kita menggunakan Focal Lenght maksimal (full zoom) untuk memotret. biasanya, jika kita lensa kita tidak dilengkapi IS atau VR, lalu kita menggunakan FL maksimal tanpa menggunakan teknik atau trik khusus, hasil foto kita akan ngeblur, blurry, ga fokus, atau shake (bergetar).


Ada beberapa teknik memotret sepur yg bisa digunakan jika kita menggunakan lensa tele tanpa IS atau VR. di sini, saya akan memberi contoh beberapa teknik posisi memotret, seperti terlihat pada gambar.



gambar 1, posisi berdiri. dipakai jika kita ingin memotret dengan angle normal. teknik ini paling sulit menurut saya. karena jika setting kamera tidak pas, lalu posisi tangan juga tidak pas, maka dijamin foto yg dihasilkan akan blur atau shake. kecuali jika kita punya
tangan yang cukup kuat dan sama sekali tidak goyang saat memotret menggunakan lensa tele. pada posisi ini, tangan kiri yang memegang lensa dirapatkan di dada, sehingga mengurangi kemungkinan tangan bergoyang karena tangan disandarkan pada badan. lebih bagus lagi kalau badan juga disandarkan di tembok, pohon atau tiang. asal jangan tiang bendera 

gambar 2, improvisasai posisi berdiri. ini dipakai jika ada teman kita yang nganggur alias tidak ikut motret sepur. minta bantuannya. pinjam pundaknya (so sweet ^_^) dan gunakan sebagai penyangga atau penahan lensa kamera kita. jangan lupa untuk mengucapkan terima kasih setelah selesai memotret.

gambar 3, posisi duduk. posisi ini adalah posisi memotret paling nyaman. apalagi jika kamera dan lensa kita terpasang pada tripod. kita tinggal duduk manis dan mengintip dari viewfinder kamera kita jika ada sepur lewat. jangan lupa memencet tombol shutter jika ingin memotret. sambil ngudud juga boleh.

gambar 4 dan 5, improvisasi posisi duduk. posisi ini merupakan improvisasi jika kita tidak mempunyai tripod untuk menyangga kamera dan lensa tele kita. kita harus mencari apa yang biasa railfans bilang "tripod alami" untuk membantu kita memotret. entah itu batu, kayu, tembok, potongan besi, tas, atau bahu teman kita (so sweeet ^-^).

gambar 6, improvisasi posisi duduk. jika sudah tidak ada lagi tripod atau bahu teman untuk dipinjam, maka kita harus berimprovisasi lagi. posisi duduk bersila dengan siku tangan kiri diletakkan di atas kaki yang bersila. posisi ini juga bisa mengurangi kemungkingan tangan yang bergoyang saat memegang kamera dan lensa. 

gambar 7, juga merupakan improvisasi teknik sebelumnya. kali ini dengan berjongkok. hal ini bisa dilakukan apabila kita tidak ingin celana kita kotor karena duduk di tempat yang basah, lembab, atau kotor. bagaimana improvisasi posisi ini bisa dilihat langsung pada gambar 7.

gambar 8, juga merupakan improvisasi dari posisi duduk. kali ini dengan dibantu oleh teman yang baik hati meminjamkan bahu nya untuk kita. so sweett 

gambar 9, adalah posisi jika kita sudah tidak peduli lagi dengan pakaian kita dan hanya peduli dengan hasil foto kita. posisi ini bisa sangat membantu dalam meredam goyangan tangan kita saat memotret. tentu saja, posisi seperti ini hanya bisa dilakukan di tempat yang benar-benar aman. jangan memotret dengan posisi ini di pinggir rel atau jalan raya. menjauhlah... menjauhlah... biar aman.

semua teknik di atas juga akan maksimal hasilnya jika digabungkan dengan teknik menahan nafas. semua penembak jitu tahu akan hal itu. dan kita juga wajib tahu. tahan nafas saat memencet separuh tombol shutter untuk mendapatkan fokus jika kita menggunakan auto focus, atau saat kita memutar ring fokus di lensa kita. lalu saat fokus sudah didapat, pencet tombol shutter sepenuhnya untuk memotret, sambil tetap kita menahan nafas. menahan nafas bisa sangat membantu mengurangi goyangan atau getaran badan atau tangan saat memotret.

semoga bermanfaat 

Tips dan Trik : Menghindari Foto yang Backlight


Foto backlight adalah foto dimana obyek diterangi cahaya dari bagian belakang atau dari samping tetapi masih terlihat detil bagian depan obyek. Foto beklit terjadi apabila sumber cahaya berada di depan atau di samping fotografernya, maka hasilnya pencahayaan menjadi tidak sempurna. Cahaya tidak bisa menerangi keseluruhan obyek yang menghadap ke fotografernya. Meskipun sebagian besar bagian obyek yang menghadap ke fotografernya terkena cahaya, ada sebagian (dan sering kali bagian yang paling penting) yang tidak terkena cahaya, sehingga bagian tersebut menjadi gelap. Bisa dilihat di contoh foto 1.



Pada contoh foto 1, sumber cahaya ada di samping kanan fotografer. Sedangkan fotografer ada di sebelah kiri obyek sepur, sehingga bagian yang terkena cahaya tidak terfoto oleh sang fotografer. Fotografer mendapat sisi gelap dari obyek sepur, dan itu sangat tidak bagus. Meskipun sumber cahaya ada di depan obyek sepurnya, tetapi ada bagian obyek sepur yang masih terlihat gelap. Itu karena fotografer mengambil spot yang salah saat memotret. Sering juga sumber cahaya ada di depan fotografer, dan itu yang paling parah. Bagian belakang dari obyek [dalam hal ini sepur] terlihat terang, sedangkan bagian depan [muka lokomotif] terlihat gelap. Itu sangat tidak bagus. Penempatan posisi memotret yang benar-benar salah.

Selain dari posisi bayangan obyek yang menghadap fotografer, foto beklit juga bisa dikenali secara langsung dari warna langitnya. Jika tidak sedang mendung, tetapi warna langit dari hasil foto kita berwarna putih, bisa dipastikan foto tersebut beklit. Kenapa? Karena sumber cahaya saat kita memotret ada di depan atau di samping kita.

Pada contoh foto 2, sumber cahaya ada di belakang fotografer. Sehingga menghasilkan pencahayaan yang sempurna, merata dari depan [muka loko] sampai belakang obyek sepur. Sehingga dapat menghasilkan foto yang bagus. Langit juga tidak terlihat putih, itu menandakan foto yang dihasilkan tidak beklit.

Lalu bagaimana mengatasinya supaya kita tidak menghasilkan foto yang beklit?
Pertamax, sebelum hunting lihat posisi sumber cahaya. Usahakan mencari spot yang bisa menempatkan kita berada di depan sumber cahaya. Jangan sampai sumber cahaya ada di depan atau di samping kita. Sumber cahaya harus tetap ada di belakang kita. 

Keduax, cari spot yang memungkinkan kita mendapat sisi terang dari obyek sepur yang akan kita foto. Lalu bagaimana kita bisa tahu bahwa kita akan mendapat sisi terang atau gelap dari sepurnya, sedangkan sepurnya belum lewat? Gampang. Ambil saja batu yang agak besar, lalu tempatkan di tempat yang terkena sinar matahari. Umpamakan saja batu itu sebagai sepur yang akan kita foto. Lalu kita amati, bagian mana yang gelap dan bagian mana yang terang, lalu bayangan batu tersebut ada di sebelah mana. Dari situ kita bisa mengira-ngira di mana kita akanK mengambil spot yang bagus untuk mendapatkan sisi terang dari sepurnya. Kalau tidak ada batu, kita berdiri saja dan lihat ke mana arah bayangan kita.

Ketigax, apabila kedua cara tersebut di atas masih saja menghasilkan foto yang beklit, cara terakhir adalah ganti spot 

Silahkan dikoreksi apabila ada yang salah, dan ditambahkan apabila ada yang kurang. Semoga memberi manfaat dalam hunting sepur.

Railway Photography atau Landscape Photography

agak sulit membedakan keduanya karena dua-duanya mempunyai kemiripan, yaitu mengandalkan pemandangan atau scenery sebagai senjata utama. meskipun sama-sama ada foto sepurnya, namun ada sedikit perbedaan di sini.



pada foto 1 dan 2, saya sebut sebagai landscape photography. kenapa? meskipun ada kereta api di sana, niscaya orang yang melihat foto tersebut akan tetap berkomentar tentang keindahan pemandangan atau panoramanya. dan jika sepurnya dihilangkan (misalnya hanya memotret pemandangan tanpa ada sepur yg lewat), orang yang melihat akan tetap berkomentar tentang indahnya panorama di foto tersebut. entah itu railfans atau bukan, mereka akan tetap mengagumi keindahan pemandangan di foto tersebut. berbeda dengan foto 3 dan 4.

pada foto 3 dan 4, orang yang melihat foto tersebut akan langsung melihat gambar kereta api yang ada di dalamnya. panorama di foto tersebut jadi lebih bagus karena ada unsur kereta api di dalamnya. railfans atau bukan, akan sama-sama mengagumi keindahan kereta api dan panoramanya. jika kita menghilangkan unsur kereta api di dalam foto tersebut, apa yang terjadi? hanya akan ada foto sawah dan jembatan saja. mungkin kalau seorang railfans akan berkomentar "spotnya cakep banget" karena railfans tahu kalo di tempat itu memang terlihat bagus kalo ada sepurnya. lain lagi jika bukan railfans, apa yang mau dilihat? cuma sekedar sawah dan jembatan. di mana-mana juga ada.

benar atau salah ini pendapat saya pribadi.

Senin, 20 Oktober 2014

Tips dan Trik : Rel yang Terpotong

Seringkali kita memotret sepur hanya terfokus pada obyek sepurnya saja, tanpa mengindahkan background atau foreground nya, terlebih jika sepurnya datang mendadak, dan akibatnya komposisi foto menjadi kacau. Jika kita memotret di spot double track atau di stasiun, yg sering terjadi adalah tragedi "rel yg terpotong". Memang obyek utama foto kita adalah sepur, tapi menambahkan unsur garis-dalam hal ini rel-akan dapat menambah estetika foto kita. apalagi rel nya adalah rel melengkung, akan lebih mempercantik foto kita 

Bandingkan foto 1 dan foto 2



Backlight dan Silhouette




Foto backlight adalah foto dimana obyek diterangi cahaya dari bagian belakang tetapi masih terlihat detil bagian depan obyek. Yang khas dari foto semacam ini adalah munculnya garis cahaya (rim light) di sekeliling obyek yang memberi kesan keemasan. Sedangkan siluet adalah foto dimana obyek diterangi cahaya dari belakang secara total sehingga hasil akhirnya hanya berupa bentuk hitam di depan sumber cahaya. 

Meskipun sama-sama diterangi cahaya dari belakang obyek, yang membedakan adalah sudut datangnya cahaya terhadap kamera. Pada foto backlight, cahaya yang datang ke arah kamera membentuk sudut miring terhadap obyek, sehingga detil bagian depan obyek masih bisa terlihat. 

Sedangkan pada siluet, cahaya yang datang ke arah kamera tegak lurus terhadap obyek, sehingga detil bagian depan obyek sama sekali tidak terlihat/gelap.

Pada gambar 1 adalah contoh foto backlight (beklit), dan pada gambar 2 adalah contoh foto silhouette (siluet). terlihat sangat jelas bedanya.

Tips dan Trik : High Speed Train



Memotret sepur yang sedang berlari dalam kecepatan tinggi memang sedikit menyusahkan, apalagi dalam keadaan minim cahaya. Minim cahaya berarti kamera kita dipaksa untuk menggunakan shutter speed rendah agar cahaya yang ditangkap oleh sensor kamera lebih banyak, sehingga hasil foto akan menjadi terang. Permasalahannya, jika kita menggunakan shutter speed rendah, kamera tidak akan mampu menangkap kecepatan kereta yang kita potret. Hasilnya, foto kereta kita akan menjadi blur atau tidak fokus. Terutama di bagian lokomotifnya. Lalu bagaimana solusinya? Ada beberapa solusi untuk mengatasinya.

Perhatikan contoh foto. Pada foto 1 dan 2, terlihat foto sepurnya blur, terutama di bagian lokomotifnya. Foto 1 diambil pada jam 5.25, dan foto 2 diambil pada jam 16.49. Kedua foto sama-sama dalam keadaan minim cahaya. Seperti yang kita ketahui, minim cahaya berarti kamera harus menggunakan shutter speed rendah agar foto terlihat lebih terang. Jelas sekali bahwa kamera tidak mampu menangkap pergerakan sepur yang melintas. 

Foto 3 dan 4 sama2 diambil pada jam 5.54 dan berkabut. Kondisinya sama dengan foto 1 dan 2, sama-sama minim cahaya. Lalu bagaimana foto 3 dan 4 jadi tidak blur? Jika dilihat sekilas, mungkin kita sudah bisa tahu kenapa foto 3 dan 4 hasilnya jauh lebih bagus daripada foto 1 dan 2. Salah satunya adalah dengan cara menaikkan ISO agar bisa didapatkan shutter speed yang tinggi. 
Ada satu tips lagi yang bisa dengan mudah dilihat perbedaannya diantara keempat foto tersebut. Yaitu posisi memotret. 

Foto 1 dan 2 diambil dengan posisi dekat dengan obyek, sehingga kecepatan obyek yang ditangkap kamera (dan mata) adalah kecepatan "real time" atau kecepatan yang sebenarnya. Sedangkan pada foto 3 dan 4, posisi memotret menjauh dari obyek, sehingga kecepatan sepur yang ditangkap kamera (dan mata) bukanlah kecepatan "real time". Karena jarak yang jauh dari obyek, sehingga membuat sepur terlihat lebih pelan dari kecepatan yang sebenarnya. Saya tidak tahu penjelasan secara ilmiahnya kenapa obyek yang bergerak cepat jika dilihat dari jauh bisa terlihat lebih pelan dari aslinya hehe... yang penting sepurnya terlihat pelan dan bisa dipotret. Jika sepur terlihat "pelan" maka dengan kecepatan yang agak rendah pun kamera masih bisa menangkap pergerakan sepur yang melintas. Asalkan ss yang kita pakai tidak terlalu rendah. 

Tentu saja untuk mendapatkan kecepatan yang memadai untuk memotret sepur yang melintas, kita bisa saja menaikkan nilai ISO pada kamera, tentu saja dengan konsekuensi noise yang dihasilkan akan lebih banyak. Kecuali kita menggunakan kamera profesional yang notabene lebih "bagus" dan lebih mahal ISO tinggi tidak akan menjadi masalah. Tapi jika kita hanya menggunakan kamera poket, kamera DSLR yang entry level, kamera pemula, atau bahkan kamera hape, kita bisa mencoba tips di atas untuk memotret sepur yang berlari dengan kecepatan tinggi. Lalu bagaimana jika spot nya tidak memungkinkan untuk memotret dari jarak yang jauh? Solusinya cuma satu, pindah spot 


Tips di atas adalah berdasarkan pengalaman saya semata, tidak semata-mata bisa dijadikan panduan. Silahkan dikoreksi jika ada yang salah, dan ditambahkan jika ada yang kurang. Terima kasih, semoga tips di atas membawa manfaat.

Tips dan Trik : Sepur yang Bergoyang

memotret sepur yang meliuk-liuk dengan lensa tele adalah hal yang sangat menyenangkan, dan hasil fotonya pun bisa luar biasa bagusnya. seperti pernah dibahas sebelumnya di foto tentang menembak dengan senjata laras panjang, lensa tele ada yang memakai IS/VR dan ada pula yang tidak. tidak masalah jika lensa tele kita mempunyai IS/VR yang bisa mengurangi shake/blur jika tangan kita sedikit bergoyang saat kita memotret. lain ceritanya jika lensa tele kita tidak mempunyai IS/VR, tangan kita goyang sedikit saja maka fotonya akan jadi shake/blur dan kurang bagus hasilnya. sayang sekali bukan. apalagi jika kita memotret moment yang jarang atau langka.


solusinya, selain menggunakan teknik posisi memotret yang benar, kita bisa memakai teknik setting di kamera. yang akan saya jelaskan di bawah ini merupakan pengalaman saya sendiri, jadi tidak bisa dijadikan acuan atau panduan.


gambar 1, 300mm | F/5.6 | 1/320s | ISO-100
di foto tersebut terlihat sekali gambar sepurnya shake/goyang dan blur. meskipun blurry nya bisa diakali dengan menambahkan sharpen saat kita mengedit foto, tetapi shake/goyang nya masih bisa terlihat. kenapa ini bisa terjadi? meskipun saat memotret saya menggunakan posisi duduk dan tangan ditumpukan pada lutut untuk mengurangi goyangan, tapi masih saja sedikit saja tangan bergoyang maka foto akan jadi shake atau blur. ini disebabkan lensa tele yang saya pakai tidak mempunyai IS/VR. tidak perlu menyebutkan merk lensa nya hehe... 
lalu bagaimana solusinya?

gambar 2, 300mm | F/6.3 | 1/640s | ISO-400
beda dengan foto pertamax, foto keduax ini lebih jelas dan lebih tajam. tidak ada shake/goyangan. padahal foto kedua ini diambil sore hari (KA 33) dan foto pertama diambil pagi hari (KA 87). saya menggunakan kamera yang sama dan lensa yang sama dengan foto pertamax. bagaimana bisa? saat saya share foto pertamax, ada teman saya yang berkomentar, coba ditambahkan shutter speed nya untuk bisa mengurangi efek shake/goyang. lalu saya juga ingat, pernah sekali membaca suatu artikel bahwa ada rumus tertentu untuk mengurangi hasil foto yang shake. Speed = 2 x FL. maka, jika kita menggunakan FL maksimal (300 mm misalnya), maka minimal shutter speed yang kita pakai harus 1/640s agar tidak terjadi tragedi shake. saya mencobanya saat memotret KA 33, dan hasilnya, memang shake sangat berkurang. saat itu di kamera yang saya pakai, saya menggunakan pengaturan S (speed). jadi saya tinggal mengatur berapa shutter speed yang akan saya pakai (1/640s), dan sisanya (F dan ISO) diatur otomatis oleh kamera mengikuti pengaturan ss yang saya pakai.

tidak harus menggunakan pengaturan manual di kamera. kita bisa memakai S, A/T, P, atau bahkan auto, semua tergantung dari kondisi saat kita memotret sepur. yang paling penting adalah hasil akhirnya. 

semoga bermanfaat 

tambahan dari om Ifan de Triyanto,
perlu di ketahui, penggunakan speed tinggi harus di imbangi dengan bukaan rana yang tepat agar warna dan terangnya hasil foto tetap seimbang.