Selasa, 19 April 2016

Pengalaman menjadi railfans : Menyeberang Jembatan (bagian keduax)

Butuh waktu cukup lama untuk menulis bagian kedua ini, bukan karena saya tidak punya bahan nya, tapi karena masih belum punya ide untuk menyusun kata-katanya (baca : malas nulis) haha :D

Ya sudahlah, kita lanjut saja. Seperti biasa, sebelum membaca bagian keduax ini, ada baiknya Anda membaca dulu bagian pertamax di sini.

Jembatan kereta api panjang pertama yang saya sebrangi adalah Jembatan Lahor. Entah dari mana atau bagaimana asal-usulnya jembatan ini dinamakan Jembatan Lahor, atau entah ini memang benar namanya Jembatan Lahor atau malah punya nama lain saya ga ngerti. Mungkin karena letaknya yang berada di dekat Bendungan Lahor.

pemandangan di sekitar jembatan lahor
tampak di belakang cerobong PLTA Bendungan Ir. Sutami
Ya, jembatan kereta api ini terletak di Malang, tepatnya di Kecamatan Sumber Pucung Kabupaten Malang. Jembatan ini terletak di sebelah barat Bendungan Ir. Sutami tepat di perbatasan antara Kabupaten Malang dan Blitar. Jika Anda naik berkendara dari Malang ke arah Blitar, maka Anda bisa melihat langsung jembatan ini.

om Rendra
Pengalaman ini dimulai dengan pertemuan saya dengan sahabat saya Rendra Swariyan Habib untuk pertama kalinya. Mas Rendra ini juga merupakan guru saya dalam seni fotografi, terutama foto kereta api. Dia mengajak saya untuk memotret di Jembatan Lahor dan dua terowongan yang juga berada di sekitar jembatan, yaitu terowongan Dwi Bakti Karya dan Eka Bakti Karya.

Panjang sekitar 100 meter dan tinggi 30 meter, jembatan ini cukup membuat kaki saya gemetar saat pertama kali berada di pinggirnya. Angin pagi yang dingin dan kencang menambah rasa takut saya akan jembatan itu. Lalu mas Rendra tiba-tiba berkata, "om, nyebrang yuk"

Waduh, belum selesai saya mengatasi rasa takut di pinggir jembatan malah diajak menyeberang. Tidak ada pilihan kata yang ada dalam pikiran saya selain, "ayuk"

Om Rendra di depan, saya mengikuti dari belakang. Yang di depan saya sudah terbiasa menyeberang jembatan jadi dia tenang-tenang saja melangkah meniti satu per satu bantalan kayu di depannya. Sedangkan saya, sambil terus berusaha mengatasi rasa takut, perlahan-lahan kaki saya yang gemetaran melangkah.

Satu demi satu bantalan kayu saya injak dan dalam waktu bersamaan sedikit demi sedikit rasa takut saya malah bertambah. Ah... sial, seharusnya rasa takut itu hilang tapi ini malah bertambah. Sudahlah, jalan saja terus. Sleko pertama saya lewati, sleko kedua, lalu ketiga. Tiba-tiba yang di depan berhenti. Buseet!!! Kenapa berhenti di tengah?

Om Rendra dengan santainya berdiri dan melihat ke sekitar sambil sesekali mengajak saya ngobrol, sedangkan saya masih berusaha menenangkan kaki yang daritadi belum mau berhenti gemetaran. Saya tidak berani melihat sekitar, saya fokus ke bantalan rel yang saya injak. Benar-benar perasaan takut yang luar biasa yang saya rasakan saat itu. Sementara itu, angin dingin bertiup semakin kencang, seolah berkata, "jatuhlah... jatuhlah!!!" Memang, salah satu sensasi sekaligus tantangan saat menyeberang jembatan adalah tiupan angin yang cukup kencang.

KA Majapahit menyeberang Jembatan Lahor
Yang di depan sudah mulai berjalan lagi, dan saya juga mengikuti. Satu per satu bantalan rel saya lewati. Mata tetap fokus pada setiap bantalan yang saya injak. Beruntung, bantalan rel di jembatan ini dalam keadaan yang sangat bagus. Masih utuh dan jarak antar bantalannya pun sama. Sehingga memudahkan kaki saya yang gemetaran untuk berjalan.

Entah berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk mencapai ujung timur jembatan, sampai akhirnya saya menginjak bantalan terakhir jembatan.

Alhamdulillah...
Jembatan Lahor saya takhlukkan. Dan kaki saya masih belum berhenti bergetar
hahaha :-D

Dari Jembatan Lahor, kami melanjutkan ke terowongan DBK dan EBK. Naik ojek adalah angkutan pilihan untuk sampai ke lokasi terowongan yang cukup jauh dari Jembatan Lahor. Karena memang kami berdua baru pertama kali berkunjung ke tempat itu.

Kok terowongan? Ini kan ceritanya tentang jembatan?
Iya memang, ini cerita tentang jembatan. Karena jembatan berikutnya yang akan saya sebrangi berada di antara terowongan DBK dan EBK. Setelah memotret KA Penataran yang keluar dari terowongan DBK, kami berdua harus menyeberang jembatan ini untuk berpindah spot ke mulut terowongan EBK.

Ini hanyalah sebuah jembatan kecil, mungkin panjangnya hanya beberapa puluh meter saja. Pun jembatan ini tidak terlalu tinggi. Kalau dibanding jembatan sebelumnya, yang ini masih kalah jauh. Tapi, tantangan di jembatan ini beda. Jembatan ini melengkung/berbelok. Dan karena terletak di tengah hutan tertutup dan lembab, maka bantalan-bantalan di jembatan ini pun ditumbuhi lumut tipis sehingga membuatnya menjadi licin. Bantalan-bantalannya pun dalam kondisi kurang baik, jarak antar bantalan tidak sama. Dan tentu saja karena berbelok, jembatan ini memiliki blind spot.

jembatan kecil diantara terowongan EBK dan DBK
Sebetulnya, tidak terlalu sulit menyeberangi jembatan ini. Tapi sisa rasa takut dan gemetar dari jembatan sebelumnya masih cukup menghantui kaki saya. Sehingga saya masih tetap berjalan pelan dan sangat hati-hati si dini. Licin, dingin, dan lembab. Suasana di sekitar jembatan ini sangat berbeda dengan jembatan sebelumnya. Berbekal pengalaman dari jembatan sebelumnya, rasa takut saat menyeberang jembatan ini berkurang sangat banyak. Dan saya sedikit lebih santai saat menyeberanginya. Dua kali saya menyeberang jembatan kecil ini, karena dari mulut terowongan EBK, kami berdua harus kembali lagi ke mulut terowongan DBK karena akses jalan keluar ada di sana.

KA Penataran bersiap masuk terowongan Eka Bakti Karya
Saya mengakhiri pengalaman di Malang dengan perasaan lega. Saya telah berhasil menyeberangi salah satu jembatan kereta api panjang di Indonesia. Saya sangat bersyukur sekaligus tidak percaya. Saya yang sebenarnya memiliki rasa takut terhadap ketinggian, berhasil mengalahkan rasa takut saya sendiri. Terima kasih kepada om Rendra yang telah membantu saya mengalahkan diri saya sendiri :-D

Tantangan selanjutnya adalah Jembatan Sungai Porong.


Jembatan Sungai Porong

Berikut beberapa hasil jepretan saya di Jembatan Lahor dan sekitarnya
om Rendra bersiap nyebrang jembatan

tikungan "S" di sebelah timur jembatan

KA Malabar dari Bandung

KA Malabar dari Malang

KA Matarmaja rasa lama

Gajayana tampan dengan loko kotak

KA Penataran

yang ini juga nyebrang Jembatan Lahor, tapi nyebrangnya sambil naik kereta :D

bordes ride KA Penataran
Update berikutnya insya Allah akan saya tulis minggu depan. Ditunggu ya :D


Selasa, 15 Maret 2016

Pengalaman menjadi railfans : Menyeberang Jembatan (bagian pertamax)


Terdengar menyeramkan ya? hehehe :D

Memang kegiatan ini termasuk salah satu kegiatan dalam hobi saya yang jarang sekali saya lakukan. Tetapi meskipun jarang saya lakuka, ini adalah salah satu kegiatan yang sangat saya sukai. Padahal saya adalah salah satu orang yang agak takut dengan ketinggian haha :D

Tetapi melakukan kegiatan ini bisa meningkatkan rasa percaya diri saya, mengatasi rasa takut saya, dan saya bisa mengalahkan diri sendiri. Tentu saja, kegiatan ini selalu saya lakukan dengan pertimbangan keselamatan sebagai pertimbangan utama.

Jembatan pertama yang saya seberangi,
adalah sebuah jembatan kecil di selatan Stasiun Lawang, Kabupaten Malang. Sebuah jembatan yang hanya sepanjang kira-kira 3 atau 4 meter saja. Dan saya harus berpikir berkali-kali sebelum menyeberanginya!!!

Dulu sekitar tahun 2000 an, saya pernah mengalami kecelakaan motor yang mengakibatkan saya harus mendapat beberapa jahitan di kepala. Dan itu cukup mempengaruhi kehidupan saya. Luka di kepala, adalah sesuatu yang cukup menakutkan. Karena luka tersebut, seringkali saya mengalami vertigo. Tiba-tiba saja dunia seperti berputar, jungkir balik, meskipun hanya sebentar. Apalagi jika berada di ketinggian. Nah, faktor ini pula yang menyebabkan saya harus berpikir berkali-kali saat akan menyeberang jembatan kereta api.

Di depan saya ada sebuah jembatan kecil, dengan panjang kira-kira 3-4 meter dan ketinggian kira-kira 2-3 meter saja. Hanya sebuah jembatan kecil. Jika saya tidak melewatinya, saya harus berjalan memutar sangat jauh untuk sampai di seberang. Dan kalau saya memutar, saya akan kehilangan momen kereta api yang melintas.

Untuk diketahui, dari Stasiun Lawang ke arah selatan rel nya menjanjak. Sangat menanjak. Sehingga posisi jembatan berada lebih tinggi dari jalan raya. Dan tentu saja posisi sungai lebih jauh lagi di bawah. 

Jembatan di selatan Stasiun Lawang
sumber
Akhirnya, dengan mengalahkan rasa takut, saya menyeberanginya. Saya berjalan pelan meniti setiap bantalan rel di depan saya. Kaki sedikit gemetar dan mata terus tertuju pada bantalan yang saya pijak. Saya tidak melihat ke depan. Selangkah demi selangkah. Satu... dua... tiga... empat... dan seterusnya. Alhamdulillah saya sampai di seberang. Dan kaki masih gemetaran. Hanya sebuah jembatan kecil sepanjang 4 meter. Dan saya masih harus melaluinya lagi saat perjalana kembali ke tempat asal. Benar-benar jembatan kecil yang menegangkan. :D

KA Penataran menanjak di Stasiun Lawang

KA Penataran berangkat Stasiun Lawang

menunggu kedatangan kereta api di Stasiun Lawang



Selanjutnya adalah jembatan Stasiun Tarik.
Di sebelah barat Stasiun Tarik, Kecamatan Sidoarjo, ada dua buah jembatan kereta api. Satu jembatan kecil sepanjang kira-kira 5 meter, dan satu jembatan besar yang saya tidak tahu berapa panjangnya.

Ceritanya, saya dan rekan-rekan komunitas berkumpul di Stasiun Tarik untuk suatu pertemuan rutin. Setelah pertemuan, kami memutuskan untuk hunting bersama. Sebelah barat Stasiun Tarik adalah pilihan kami. 

Kami berjalan bersama ke arah barat. Menemukan spot yang eksotis. Tikungan besar Stasiun Tarik. Tapi kami terus berjalan ke arah sungai, menemui dua buah jembatan. Kami harus menyeberang. Beberapa diantara kami sempat ragu-ragu menyeberang jembatan kecil, tapi akhirnya semua ikut menyeberang. Diantara dua jembatan ada pembatas berupa tanah yang agak lapang. Kami bersantai di sana sembari menunggu kereta melintas. Benar saja, tak berapa lama KA Rapih Doho melintas ke arah timur.

jembatan kecil dan besar di sebelah barat Stasiun Tarik
Lalu saya melihat satu pemandangan yang merubah hidup saya. Menghina saya sekaligus membangkitkan keberanian saya (agak lebai :D).

Seorang perempuan dan anaknya menyeberang jembatan besar. Wow... saya seperti ditampar keras. Kalau mereka berani, kenapa saya tidak?
Spontan saya mengajak satu orang teman untuk menyeberang, dan teman saya setuju. Kami berdua beranjak menuju jembatan.

Tiba di ujung timur jembatan, saya naik ke bantalan rel. Teman saya di depan. Dada berdetak kencang, kaki gemetar. Yang pertama menghampiri adalah rasa takut. Wajar. Untuk pertama kalinya saya berada di ujung sebuah jembatan besar, yang di bawahnya mengalir sungai yang besar dengan aliran yang cukup deras. Cukup untuk menghanyutkan saya yang tidak seberapa pandai berenang.

Ini gila!!! Tapi di saat yang bersamaan, ini menyenangkan!!!

Keberanian (nekat lebih tepatnya) datang untuk mengalahkan rasa takut saya. Langkah pertama saya awali dengan bismillahirohmanirrohim. Satu, dua, tiga langkah, saya terhenti. Ternyata bantalan di jembatan ini tidak sama dengan yang di Lawang. Kayu nya sudah banyak yang tua. Berlubang di sana-sini. Ada yang terbelah. Ada yang kecil, ada yang besar. Dan jarak antar bantalan tidak sama!!!

Ini gemblung!!!

Tapi saya nekat. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?
Kalau terus takut, kapan beraninya?

KA Rapih Doho melintas di jembatan Stasiun Tarik
Langkah berlanjut. Pelan dan pasti. Saya sangat berhati-hati melangkah karena memang bantalan-bantalan rel di jembatan itu kondisinya sangat parah. Ukuran besarnya tidak sama, jarak antar bantalan pun tidak sama. Ada beberapa bantalan yang berlubang, bahkan patah di tengah.

Mata saya terus melihat ke bawah, seperti menghitung setiap bantalan yang saya injak. Saya sama sekali tidak berani melihat ke depan atau ke samping. Saya mengandalkan indera pendengaran saya untuk mengawasi suara apapun yang memperingatkan akan kedatangan kereta api. Baik itu kereta api atau suara teman-teman yang mengingatkan. Dan memang saat kami berdua menyeberang, perka (perjalanan kereta api) di lintas tersebut sedang sepi.

Jembatan ini rasanya panjang sekali, terasa dua kali lipat panjangnya. Dan perjalanan menyeberang jembatan terasa lama, bahkan sangat lama. Apalagi saat saya sampai di tengah jembatan. Ya, di tengah jembatan. Tepat di tengah-tengah sungai yang mengalir deras. Perasaan takut, gemetar, deg-deg an, bercampur dengan perasaan kagum, bangga, dan nikmat yang luar biasa hahaha :D

Saya tidak berhenti di tengah. Kenapa? Sudah jelas, karena saya takut!!! hahaha :D

Perlahan saya lanjutkan langkah kaki sampai di ujung barat jembatan. Alhamdulillah....
Saya berhasil menyeberang jembatan besar. Mengalahkan rasa takut. Mengalahkan diri saya sendiri. Sebuah kebanggaan dan kenikmatan yang luar biasa. Dan tentu saja, saya harus menyeberanginya lagi untuk bisa kembali berkumpul dengan teman-teman saya dan kembali pulang.

Tantangan terselesaikan!!!

Selanjutnya, menakhlukkan Jembatan Lahor, Jembatan Terowongan EBK-DBK, Jembatan Porong, dan yang paling fenomenal, menyeberang jembatan kereta api yang masih aktif terpanjang di Indonesia. Jembatan Cikubang. Dan saya menyeberanginya TIGA KALI!!!

bersambung

sepotong Jembatan Cikubang.
ini hanya sepotong!!!


Rabu, 10 Februari 2016

Railway Photo : Penataran dan Rapih Doho

Dua KA lokalan Daop 8 bertemu di Stasiun Wonokromo, Sebelah kanan adalah KA Penataran dari Surabaya tujuan Blitar lewat Malang, di sebelah kiri adalah KA Rapih Doho dar Blitar tujuan Surabaya lewat Kertosono. Yang unik dari kedua KA ini adalah, mereka bertukar nama. KA Penataran dari Surabaya jika sudah sampai di Stasiun Blitar akan berganti nama menjadi KA Rapih Doho dan akan melanjutkan perjalanan menuju Surabaya lagi melalui Stasiun Kertosono. Sedangkan KA Rapih Doho dari Surabaya jika sudah sampai Stasiun Blitar, akan berganti nama menjadi KA Penataran dan akan melanjutkan perjalanan ke Surabaya lewat Malang. Jalur yang dilewati kedua KA ini biasa disebut "Jalur Kantong", yaitu Surabaya - Sidoarjo - Bangil - Malang - Blitar - Tulungagung - Kediri - Kertosono - Jombang - Mojokerto - Sepanjang - Surabaya.

lokasi : Stasiun Wonokromo
data exif : Canon | 55 mm | f/10 | 1/200s | ISO-100
foto oleh : dhannie setiawan

Sabtu, 17 Oktober 2015

Tips dan Trik : Meluruskan Horison

Horison adalah garis cakrawala yang lurus dan sejajar dengan mata penikmat foto. Horison merupakan salah satu elemen penting dalam fotografi. Begitu pula dalam fotografi kereta api, horison berperan sangat penting dalam estetika dan komposisi foto. 

Seringkali terjadi saat kita memotret menggunakan kamera apapun, kita merasa bahwa posisi kamera sudah lurus dengan horison tetapi saat kita melihat hasil fotonya, foto yang dihasilkan miring. Kenapa hal itu bisa terjadi? Karena saat memotret kita tidak memperhatikan garis horison dalam frame saat kita melihat melalui LCD kamera atau mengintip lewat viewfinder kamera kita. Apalagi kita memotret kereta api yang bergerak kencang, yang kita pikirkan biasanya bagaimana menempatkan kereta api tepat dalam frame seperti yang kita inginkan. Belum lagi jika kita terburu-buru, misalnya kereta api nya datang tiba-tiba dan kita belum mempersiapkan kamera. Maka garis horison adalah hal yang akan selalu terlewatkan. 

seringkali saat menangkap momen seperti ini, kita hanya terfokus pada kereta api nya saja. kita melupakan elemen lain yang tidak kalah penting, yaitu horison. jadinya, foto yang kita hasilkan miring seperti ini :D
Akan lebih mudah meluruskan horison saat kita memotret menggunakan kamera pocket, prosumer atau mirorless karena kamera-kamera tersebut dilengkapi dengan fitur grid lines yang membantu kita meluruskan garis horison saat memotret. Tetapi jika memotret kereta api menggunakan kamera DSLR maka meluruskan horison bukanlah hal yang mudah karena pada beberapa kamera DSLR tidak memiliki fitur grid lines . Lalu bagaimana cara kita meluruskan horison yang miring? Ada beberapa cara.

fitur grid lines pada kamera mirorless
sumber foto
Yang pertama menggunakan software pengolah gambar, seperti photoshop atau photoscape. Tentu saja hal ini hanya bisa dilakukan setelah kita selesai memotret. Menggunakan photoscape adalah cara yang paling mudah. 

Berikut cara meluruskan horison foto menggunakan photoscape.

meluruskan horison foto menggunakan software Photoscape adalah yang paling mudah. Tinggal klik icon yang dikotak merah, lalu geser sliding bar nya ke kanan atau ke kiri sampai horison foto kita terlihat lurus. setelah itu klik OK. saya menggunakan photoscape versi 3.7
Meluruskan horison foto menggunakan photoshop sedikit lebih sulit. Butuh 7-8 langkah. Berikut tutorialnya. Saya menggunakan Photoshop CS 5

pertama, buka foto yang akan kita luruskan horisonnya. lalu pilih ruler tool

menggunakan ruler tool, tarik sebuah garis di sepanjang obyek yang kita jadikan panduan atau tolak ukur untuk meluruskan horison foto kita. pada contoh foto, panduan saya adalah rel.

selanjutnya, klik menu Image - Image Rotation - Arbitrary

akan muncul kotak dialog seperti pada gambar. tidak usah mengganti nilai angkanya, karena nilai angka tersebut didapat saat kita menarik garis menggunakan ruler tool sebelumnya. klik OK

selanjutnya foto kita akan menjadi seperti ini, terlihat lurus dengan bagian-bagian putih di sisi-sisi foto. bagian berwarna putih adalah space canvas tambahan yang dibuat oleh software. bagian tersebut akan kita hilangkan dengan crop tool

menggunakan crop tool, kita memotogn foto kita sesuai dengan komposisi yang kita inginkan. karena saya menggunakan CS5, maka crop tool akan menampilkan grid lines untuk membantu saya membuat memotong foto dengan komposisi yang baik sesuai rule of third.

hasil foto yang telah diluruskan horison nya dan dipotong sesuai komposisi yang kita inginkan.
sekarang tinggal edit sesuai keinginan lalu disimpan.
Dalam meluruskan horison, tentu saja kita harus mempunyai patokan atau tolak ukur yang kita gunakan untuk menentukan lurus atau tidaknya horison foto kita. Pada umumnya, tolak ukur kita dalam menentukan lurus tidaknya horison adalah garis-garis imajiner di cakrawala, kita juga bisa menggunakan jembatan, bangunan, atau jalan. Tetapi di sini kita memotret kereta api. Memotret kereta api berbeda dengan memotret model atau landscape. Ada begitu banyak garis imajiner yang tercipta saat kita memotret kereta api. Garis-garis itu tercipta dari berbagai macam angle atau sudut pemotretan saat kita memotret kereta api. Akan lebih mudah saat kita memotret kereta api di perkotaan atau di jalur yang lurus karena ada banyak garis imajiner yang memudahkan kita menentukan lurus atau tidaknya horison foto kita.

jembatan adalah salah satu tolak ukur paling mudah untuk melihat apakah foto kita miring atau lurus

bisakah Anda menentukan, foto ini miring atau lurus?
Lalu bagaimana jika kita memotret kereta api dari atas bukit, di jalur yang berbelok-belok, di jalur yang menanjak dan menurun? Tentu ini cukup sulit jika kita tidak tahu triknya. Selain garis horisontal, kita juga bisa menggunakan garis vertikal dalam menentukan lurus atau tidaknya horison foto kita. Kok bisa? Bagaimana caranya?

Amatilah garis-garis imajiner dalam frame foto kita. Jika tidak ada garis imajiner horisontal maka lihatlah pohon-pohon, tiang listrik, tiang sinyal, tiang jembatan, pagar, manusia, atau apapun yang berdiri tegak lurus atau vertikal. Jika garis-garis imajiner yang berdiri vertikal tersebut terlihat miring, maka bisa dipastikan horison foto kita juga miring. Kenapa? Karena garis vertikal selalu tegak lurus terhadap garis horisontal, tidak pernah tegak miring :D

Berikut adalah cara lain meluruskan horison foto menggunakan Photoshop. Kali ini hanya butuh beberapa langkah mudah. Kali ini saya menggunakan garis vertikal sebagai panduan meluruskan horison foto saya.

buka foto yang akan kita luruskan horison nya, lalu klik crop tool

di sinilah kita akan meluruskan foto kita. tarik saja bidang untuk memotong foto, tapi jangan langsung ditekan enter. lalu cari panduan yang akan kita pakai untuk meluruskan foto. perhatikan panah 1 dan 2.


panah 1 adalah tiang sinyal yang akan saya gunakan sebagai panduan meluruskan horison. setelah bidang untuk memotong foto dibuat, arahkan cursor mouse Anda ke ujung bidang, entah itu ujung atas atau bawah terserah. arahkan saja tanpa diklik, arahkan ke ujung bidang sehingga cursor mouse akan membentuk lengkung dengan tanda panah di kedua ujungnya. itu artinya kita bisa memutar atau me-rotate bidang crop. putarlah bidang crop dengan meluruskan garis di bidang crop sejajar dengan obyek yang kita jadikan panduan meluruskan foto.pada foto ditunjukkan oleh panah 2. 

saya sejajarkan grid lines dengan tiang sinyal sehingga tampak seperti pada gambar. setelah grid lines lurus sejajar dengan obyek pandu, tarik lagi bidang crop sesuai yang kita inginkan untuk memotong foto sesuai dengan komposisi yang kita inginkan. setelah semua sesuai dengan yang kita ingikan, tekan Enter.

foto yang sebelumnya miring menjadi lurus setelah melewati metode pelurusan seperti diuraikan di atas. selanjutnya tinggal kita edit sesuai keinginan dan disimpan.
Bagaimana jika pohon atau tiangnya miring? Cari lagi garis yang lain, yang sekiranya bisa membantu kita meluruskan horison foto kita. Misalnya ada orang yang berdiri. Manusia berdiri selalu lurus, tidak pernah miring, kecuali Michael Jackson -jika Anda tahu yang saya maksudkan :D

Berikut adalah beberapa contoh foto yang menggunakan garis-garis imajiner vertikal sebagai panduan untuk membantu meluruskan horison foto. Menurut Anda, obyek apa saja yang bisa kita gunakan sebagai panduan pada foto-foto berikut?

kereta api pada rel yang melengkung, bisakah Anda menemukan obyek yang digunakan untuk panduan meluruskan horison?

pada rel yang menanjak seperti ini, kita tidak bisa menggunakan garis horisontal sebagai panduan karena garis horisontalnya sudah pasti miring dikarenakan jalurnya yang menanjak. sebagai gantinya kita gunakan garis vertikal. garis imajiner mana yang bisa kita pakai sebagai panduan?

masih dengan rel yang melengkung, di sini terdapat banyak sekali obyek yang bisa dipakai membantu meluruskan horison foto kita. obyek mana sajakah?

rel yang menikung seperti ini juga tak kalah sulit untuk menentukan lurus tidaknya horison karena kereta api nya sudah jelas terlihat miring. lalu garis mana yang bisa kita pakai untuk meluruskan foto?

low angle, sudut pengambilan foto yang paling saya sukai. satu kelemahannya adalah, sangat sulit menentukan lurus atau tidaknya horison saat memotret menggunakan sudut seperti ini. beruntunglah ada beberapa obyek yang bisa membantu saya untuk dijadikan panduan meluruskan foto. obyek yang mana?
Dengan melihat garis-garis imajiner tersebut akan membantu kita meluruskan horison foto kita yang miring saat kita memotret. Ini masih masuk dalam cara pertama meluruskan horison melalui software pengolah gambar.

Cara kedua adalah saat kita memotret. Cara kedua ini sedikit lebih sulit tapi akan lebih mudah melakukannya jika kita sudah terbiasa melakukannya. Cara ini memerlukan persiapan kita. Sebelum obyek kereta api yang akan kita potret datang, amatilah sekeliling. Carilah sesuatu atau obyek yang bisa dijadikan panduan atau tolak ukur meluruskan horison foto kita sebelum kita mulai memotret. Kalau perlu lakukan pemotretan terlebih dahulu meskipun kereta api nya belum datang. Pengalaman ini diajarkan oleh guru saya, om Rendra. Sebelum kereta api nya datang, saya terbiasa mengamati keadaan sekitar. Memperkirakan komposisi foto dan mencari panduan meluruskan horison. Dan saya selalu memotret spot "kosongan" terlebih dahulu. Kosongan dalam artian belum ada kereta api nya. Hanya rel dan keadaan sekitar spot. Ini sangat membantu saya dalam menentukan komposisi foto dan posisi horison. Sehingga nanti saat foto sudah jadi, saya tidak terlalu banyak melakukan editing foto, terutama editing terkait komposisi dan posisi horison.

memotret spot "kosongan"
cara ini sangat membantu saya dalam menentukan komposisi foto sebelum kereta api nya datang
Kita bisa menggunakan tolak ukur yang kita pakai pada cara pertama. Kita cari garis-garis imajiner horisontal dan vertikal yang bisa membantu kita menentukan lurus tidaknya horison foto kita nantinya. Garis cakrawala, jembatan, jalan, rel, gedung bertingkat, rumah, stasiun, pohon, tiang, pagar, manusia, dan lain sebagainya. Pandai-pandailah mengamati. Ini tidak memerlukan keahlian khusus, tapi sangat memerlukan pengalaman. Semua orang bisa melakukan ini. Pengalaman sangat menentukan.

Setelah kita menemukan tolak ukur posisi horison, langkah selanjutnya adalah eksekusi fotonya. Jika perlu, potretlah spot "kosongan" untuk membantu menentukan komposisi dan posisi horison. Jika sudah merasa cukup tanpa memotret spot kosongan, tidak menjadi masalah. 

Seperti yang sudah tertulis di atas, menggunakan kamera pocket, prosumer, atau mirorless akan memudahkan kita meluruskan horison saat memotret karena kamera-kamera tersebut mempunyai fitur grid lines  yang sangat membantu menentukan posisi horison dan komposisinya. Jika menggunakan kamera DSLR akan menjadi lebih sulit. Alat bantu untuk meluruskan horison hanyalah viewfinder yang berbentuk persegi, yang tentu saja dijamin sudah lurus tidak miring. Nah, di sinilah dituntut kejelian mata kita serta pengalaman saat memotret kereta api.

Obyek yang mempunyai garis imajiner yang sudah kita tentukan sebagai tolak ukur atau panduan meluruskan horison tadi, kita luruskan dengan garis persegi pada viewfinder kamera DSLR yang kita pakai. Dan ini cukup sulit jika kita belum berpengalaman. Mengapa? Karena kita sedang memotret kereta api, bukan memotret model atau landscape. Jika memotret model atau landscape, obyek nya diam jadi kita punya cukup banyak waktu serta dengan leluasa meluruskan horison kita. Tetapi obyek kita adalah kereta api yang sedang bergerak (kecuali kita memotret di stasiun). Apalagi di lintas, kereta api bergerak cepat sehingga kita hanya punya sedikit saja waktu untuk meluruskan horison. Hanya beberapa detik saja. Jika kita terlalu lama meluruskan horison nya, saya jamin komposisi nya akan berantakan. Atau malah terjadi obyek kereta api nya terpotong, bahkan kita tidak mendapatkan foto kereta api nya. Itulah sebabnya saya selalu memotret spot kosongan agar saya dapat memperkirakan komposisi dan posisi horison dalam frame foto saya, sehingga saat kereta api datang saya tidak panik dalam menentukan posisi dan komposisi.

kira-kira seperti inilah yang saya lihat saat saya mengintip melalui viewfinder kamera Nikon D3000 saat memotret lokomotif di PJL 3A 3B.
perhatikan kotak berwarna merah yang ditunjuk panah berwarna merah. saya meluruskan sisi samping viewfinder dengan tembok PJL yang saya pakai sebagai panduan untuk meluruskan horison foto saya. kenapa bukan tiang atau tembok di sebelah kiri? karena yang sebelah kiri sudah pasti akan miring dikarekana distorsi lensa kamera.
Saya lebih memilih meluruskan horison saat saya memotret daripada harus meluruskan menggunakan software pengolah gambar setelah selesai memotret. Kenapa? Karena terkadang saat kita meluruskan horison foto menggunakan software pengolah gambar, komposisi foto kita akan rusak atau tidak sesuai keinginan kita. Seperti dicontohkan pada (gambar) setelah horison foto diluruskan maka ada bagian dalam frame foto kita yang terbuang.

bagian berwarna putih yang ditunjukkan panah berwarna merah adalah canvas tambahan yang dibuat oleh software saat kita meluruskan horison foto. bagian-bagian tersebut nantinya akan kita buang dengan cara memotong atau cropping.
Jika bagian yang terbuang tidak masuk dalam komposisi yang kita inginkan itu tidak menjadi masalah. Lantas bagaimana jika bagian yang terbuang itu masuk dalam komposisi yang kita inginkan, atau malah membuang sebagian obyek utama foto kita, seperti pada contoh gambar di bawah ini.

foto ini miring dan akan saya luruskan menggunakan Photoscape. tapi apa yang terjadi?
setelah diluruskan, ekor KA Gayabaru Malam Selatan ini malah terpotong. menyebalkan :3
Memang memotret kereta api tidak seperti memotret obyek lain pada umumnya. Obyek yang kita potret bergerak (kecuali jika memotret di stasiun) sehingga kita perlu memikirkan dengan cepat komposisi foto kita. Memotret kereta api di berbagai macam spot juga akan menghasilkan berbagai macam sudut pengambilan foto yang tidak biasa, sehingga diperlukan juga kejelian dan pengalaman untuk menghasilkan foto kereta api dengan komposisi yang bagus, tidak asal-asalan. Intinya, pengalaman kita yang menjadi faktor utama untuk menentukan hasil foto kita. Gear atau kamera yang kita pakai adalah faktor kedua. Dan ada begitu banyak elemen dalam fotografi yang bisa kita masukkan ke dalam foto kereta api kita agar foto kereta api kita menjadi lebih baik.

menurut Anda, foto ini lurus atau miring ?
kalau menurut saya foto ini lurus, kenapa?

saya menggunakan garis cakrawala horisontal yang ada di background foto, serta menara-menara yang menjulang membentuk garis vertikal. saya meluruskan foto ini (yang aslinya miring) dengan bantuan garis-garis tersebut. kereta api nya terlihat miring, kenapa? karena sudut pengambilan foto terhadap rel yang dilewati kereta api. jika dilihat melalui google maps, posisi rel tersebut memang melintang miring dari utara ke selatan, tidak lurus.
Tips ini adalah berdasarkan pengalaman saya selama memotret kereta api. Saya hanyalah pemula, jika ada kekurangan atau kesalahan saya bersedia menerima kritik dan saran serta masukan. Silahkan langsung diposting di kolom komentar :D

Selamat mencoba.
Selamat berburu kereta api.
Tetap utamakan keselamatan sebagai kebutuhan.