Kita mengenal berbagai macam hobi dalam kehidupan kita sehari-hari,
dan berbagai macam sebutan untuk orang-orang yang menyukai hobi-hobi tersebut.Salah
satunya adalah railfans. Railfans adalah sebutan untuk orang-orang dengan hobi
kereta api. Di luar negeri, para penghobi kereta api disebut juga sebagai Railway Enthusiast. Para penghobi kereta api adalah orang-orang
yang menyukai, menggemari, bahkan mencintai kereta api. Mereka suka melihat,
menonton, menaiki, memotret, dan menikmati kereta api dari berbagai macam sisi.
Ada yang suka menonton kereta api, bepergian dengan naik kereta api atau
sekedar jalan-jalan naik kereta api (railfans menyebutnya dengan istilah joyride).
Ada juga yang suka memotret kereta api, mempelajari sejarahnya, menyusuri jalur-jalur
mati peninggalan jaman penjajahan (railfans menyebutnya dengan istilah tracking jalur mati), bahkan ada yang
mempelajari teknik kereta api, seperti seluk beluk lokomotif, gerbong, kereta
penumpang dan lain sebagainya. Pengetahuan mereka bahkan bisa melebihi
pengetahuan para pegawai kereta api itu sendiri. Ada juga yang menggemari
kereta api lama dan kuno, seperti kereta uap dan lori pabrik tebu. Ada juga
yang lebih menyukai kereta api modern. Intinya, railfans adalah orang-orang
yang menyukai apapun yang berjalan di atas rel hehehe :D
Dan saya adalah salah satu diantara mereka, salah satu diantara
orang-orang penghobi kereta api, penikmat ular besi yang merayap di atas rel
baja. Saya adalah salah satu yang disebut railfans. Saya suka melihat kereta
api, bepergian naik kereta api, jalan-jalan naik kereta api, dan utamanya
memotret kereta api.
Saya menyukai kereta api sejak kecil, mungkin sejak umur 5 tahun (saya
tidak ingat kapan tepatnya). Menurut cerita dari almarhumah Ibu (Ide Fitriyah) saya, almarhum Bapak (Ruwah Djiman) saya memperkenalkan kereta api kepada saya sejak umur 2 tahun, sejak saya dan
almarhumah Ibu pindah dari Solo ke Surabaya untuk mengikuti almarhum Bapak yang
berdinas di kesatuan TNI-AL, tepatnya di Rumkit Dr. Ramelan Surabaya. Masih menurut
cerita almarhumah Ibu, setiap akhir minggu saat Bapak libur dari dinas, Bapak sering
mengajak saya ke Stasiun Wonokromo yang letaknya tidak jauh dari Rumkit Dr.
Ramelan. Di sana saya dikenalkan kepada kereta api, diajak nonton kereta api ,
bahkan Bapak sempat mencorengkan gemuk
(gemuk adalah istilah bahasa Jawa yang artinya bekas tetesan minyak mesin atau
oli yang bercampur dengan tanah atau debu) ke pipi saya. Katanya, biar saya
suka dengan kereta api. Alhasil, jadilah saya seorang railfans hahaha :v
Saat mudik ke kota kelahiran Bapak dan Ibu –di Jogja dan Solo, kami
sekeluarga selalu naik kereta api. Seingat saya, kereta api yang sering kami
naiki saat itu adalah KA Purbaya. KA Purbaya adalah KA yang melayani rute
Purwokerto – Surabaya PP., sekarang berganti nama menjadi KA Logawa, melayani
rute Purwokerto – Jember PP. Saya tidak ingat tahun berapa tepatnya KA ini
mulai beroperasi, mungkin teman-teman yang lebih tahu bisa berbagi
informasinya. Saya hanya ingat, waktu itu saya masih duduk di Sekolah Dasar,
jadi kira-kira tahun 80 – 90 an. Saya juga ingat KA Purbaya ditarik lokomotif
berjenis BB dengan membawa 4 – 5 kereta penumpang yang selalu penuh. Harga tiketnya
dari Solo ke Surabaya saya tidak ingat hehehe :D
Semenjak saya kecil, saya suka melihat kereta api. Apalagi rumah orang
tua saya dulu di Perumahan Dinas TNI-AL Tebel, yang berada tepat di seberang
rel jalur Surabaya – Malang. Jadi saya bisa menikmati kereta api dengan mudah,
setiap hari. Saya sempat menyaksikan dua kejadian kecelakaan kereta api (dalam
dunia kereta api disebut dengan PLH atau Peristiwa Luar biasa Hebat) yang
terjadi di rel di depan rumah tinggal saya. Saat itu kereta api menabrak (atau
mungkin lebih tepatnya ditabrak) truk bermuatan batu kapur (di depan perumahan
adalah pabrik pengolahan batu kapur). Peristiwa tersebut terjadi tepat di pintu
perlintasan di depan pabrik. Dan PLH tersebut terjadi dua kali dengan jarak
waktu yang agak lama, tapi tidak lebih dari satu tahun.
Kesukaan saya memotret kereta api dimulai sekitar tahun 2009. Saat itu
saya sedang dalam perjalanan pulang dari Jogja ke Sidoarjo menumpang KA Bima
dari Stasiun Tugu Yogyakarta. KA Bima adalah KA kelas eksekutif pertama yang
saya naiki, karena selama bepergian dengan kereta api, keluarga saya selalu
naik kereta kelas ekonomi. Sehingga sampai sekarang, KA Bima menjadi kereta api
favorit saya :D
foto kereta api saya yang pertama Stasiun Tugu, 04 Juli 2009 kalo tidak salah ingat ini adalah KA Gajayana |
foto Stasiun Tugu Yogyakarta, diambil tanggal 04 Juli 2009 saat saya menunggu KA Bima |
Saya yang saat itu sudah bekerja sebagai operator warnet, suka
menikmati foto-foto kereta api yang ada di internet. Hanya menikmati saja,
belum bisa memotretnya. Saya mencari foto-foto kereta api melalui google, dan
oleh google diarahkan ke flickr.com. Di sanalah awalnya saya mengenal fotografi
kereta api. Begitu banyak foto kereta api dari para railfans yang memenuhi
flickr. Yang paling saya hapal adalah foto dengan watermark “Ricki Pecinta
Bangunkarta” dan “NR SDT”. Para penghobi kereta api pasti tau, siapa pemilik
watermark tersebut :D
Dan semenjak itulah, saya mulai mencoba untuk memotret kereta api
menggunakan kamera hp saya. Pertama kali
memotret kereta api -semenjak saya melihat foto-foto di flickr, adalah di
Stasiun Sidoarjo. Sekitar tahun 2010. Saya memotret di Stasiun Sidoarjo karena
tempat kerja saya dekat dengan stasiun tersebut, dan stasiun tersebut menjadi
stasiun yang penuh kenangan untuk saya.
CC 201 24 melayani KA Penataran dari Surabaya tujuan Malang salah satu foto kereta api di awal saya menjadi penghobi kereta api, sekitar tahun 2010 |
Yang pertama saya foto adalah KA Penataran yang melayani rute Surabaya
– Malang. Lalu barisan kereta api teknik untuk perawatan rel yang sedang berbaris
rapi di jalur 4 Stasiun Sidoarjo. Pengetahuan saya tentang kereta api saat itu
sangatlah terbatas. Saya hanya tau jenis lokomotif CC 201 dari plat nomor yang
terpasang di sisi kanan dan kiri kabin lokomotif. Saya juga tahu nama kereta
api dari jadwal yang terpasang di stasiun. Saat itu, untuk masuk dan keluar
area stasiun cukup mudah, hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 1500 untuk
membayar tiket peron. Jika ditanya petugas ada perlu apa di dalam stasiun, saya
menjawab “mau menjemput teman” hahaha :D
foto barisan kereta perawatan rel yang berjajar di jalur 4 Stasiun Sidoarjo awalnya saya pikir ini adalah foto biasa, ternyata ini adalah foto momen yang luar biasa. saya beruntung bisa mendapatkannya |
Saat itu populasi penghobi kereta api di Sidoarjo masih sangat
sedikit. Yang saya tahu, hanya saya orang yang menghobi kereta api. Dan ternyata
saya salah besar hahaha. Ternyata ada beberapa orang yang lebih dahulu menghobi
kereta api di Sidoarjo.
Lalu saya mengenal facebook, dan dari facebook lah saya mulai masuk ke
dunia hobi kereta api secara lebih luas. Dari fecebook lah saya mendapat banyak
sekali teman, saudara, keluarga baru yang sama-sama menghobi kereta api. Penghobi
kereta api pertama yang saya tambahkan sebagai teman di facebook adalah PakdheAnang Christian. Saya ingat, foto profil beliau adalah sedang berdiri di
samping lokomotif sambil memegang handrail
lokomotif. Dari facebook Pakdhe Anang, saya selanjutnya menambahkan orang
paling legendaries di dunia railfans, pemilik watermark “Ricki Pecinta
Bangunkarta” yang fotonya sangat saya suka di flickr. Dia adalah RickiVanhouten Dirjomangunkusumo Jayaningrat, alias Ricki, alias Dirjo. Salah satu sahabat
railfans terbaik yang pernah saya miliki. Selanjutnya, saya menambahkan lebih
banyak teman sesama penghobi kereta api di facebook. Dan di facebook juga lah
saya “memamerkan” hasil karya foto kereta api saya. Tapi bukan cuma saya lho,
teman-teman saya yang lain juga memamerkan hasil karya mereka, bahkan mereka
melakukannya lebih dulu hehehe :D
Di facebook juga lah saya mengenal satu orang yang saya anggap sangat
berjasa di kehidupan dan dunia saya sekarang. Dia mengajari saya banyak hal,
salah satunya mengajari saya bagaimana cara memotret dengan baik, khususnya
memotret kereta api. Dia adalah guru, teman, sahabat, saudara, dan sudah saya
anggap sebagai keluarga saya. Rendra Swariyan Habib namanya. Dari orang ini
saya belajar banyak hal, tentang hobi, tentang keluarga, tentang kehidupan, dan
banyak sekali.
Tahun 2010, saya bergabung dengan sebuah komunitas yang juga ikut
membesarkan saya, memberikan banyak sekali pelajaran berharga kepada saya. Tahun
2010 adalah awal saya bergabung dengan KOMUTER (Komunitas Peduli dan Pecinta
Kereta Api). Sebelum bergabung, saya sering melihat foto-foto kegiatan Komuter
di facebook. Begitu banyak kegiatan mereka yang berhubungan dengan kereta api. Mereka
juga memakai seragam biru hitam yang keren. Dan saat itulah saya memutuskan
bergabung dengan Komuter.
Pertama kali saya menghubungi ketua komunitas tersebut. Mas AnzharPratama. Mas Anzhar adalah Ketua Komuter (kami menyebutnya masinis) generasi
pertama. Dia dan tiga orang lainnya -mas Rizal Rahardian, mas Ainan, dan pak M. Syamsuri adalah para pendiri Komuter. Pertama kali saya bertemu dengan mas Anzhar dan
mas Rizal di Stasiun Surabaya Gubeng, di tempat nongkrong mereka di jalur 6. Saat
bertemu mereka, saya menyatakan ingin bergabung dengan Komuter. Dan kegiatan
pertama yang saya ikuti saat itu adalah menumpang KA Sancaka Pagi dari Stasiun
Gubeng menuju Stasiun Surabaya Kota. Lalu ikut naik ke lokomotif (para railfans
menyebutnya dengan CR atau Cabin Ride)
KA Sancaka, yaitu CC 201 05 dari Stasiun Surabaya Kota menuju Dipo Lokomotif
Sidotopo. Selanjutnya melihat-lihat dipo lokomotif dan dipo kereta dan
menyaksikan bekas Kereta Sultan yang tersimpan di pojok dipo kereta Sidotopo. Itu
adalah pengalaman sangat berharga yang tidak akan pernah saya lupakan. Dari dipo
loko Sidotopo, saya sempat tertinggal teman-teman yang lebih dulu naik loko
kembali ke Stasiun Surabaya Kota. Akhirnya saya dan teman saya Reza TriPramudita, menumpang loko KA Penataran dari dipo loko Sidotopo ke Stasiun
Surabaya Kota. Pengalaman yang luar biasa.
Saat itu saya masih terus suka memotret kereta api, dengan kamera hp
saya tentunya. Saya memotret di stasiun-stasiun seperti Sidoarjo, Surabaya
Gubeng, Sutabaya Kota, Wonokromo, Porong, Lawang, Tarik, bahkan sampai
Mojokerto. Walaupun hanya dengan kamera handphone, saya sangat bersyukur bisa
memotret kereta api. Sampai akhirnya saya bertemu teman-teman Komuter lain di
Stasiun Tarik.
berikut beberapa foto pertama saya menjadi penghobi kereta api. semua foto diambil dengan kamera handphone Sony Ericsson K790i
lokomotif D 301 61 sedang berdinas melangsir rangkaian gerbong Kricak di Stasiun Bangil |
KA Komuter Arek Surokerto melayani rute Surabaya - Mojokerto, sedang berhenti di jalur 2 Stasiun Tarik |
KA Penataran dan Doho sedang bersiap di jalur 2 dan 3 Stasiun Surabaya Kota (Stasiun Semut) |
dua KA Penataran bertemu di Stasiun Porong |
beberapa lokomotif yang sedang beristirahat di Dipo Lokomotif Sidotopo |
KA Komuter Surabaya - Sidoarjo berangkat dari Stasiun Surabaya Kota (Stasiun Semut) |
KA Tawang Alun dengan lokomotif BB 304 03 bersilang KA Penataran di Stasiun Lawang |
Masih awal-awal suka foto sepur aja udah keren gambarnya... Hihihi
BalasHapussaya belajar dari yang terbaik om :D
HapusMantap nih om.. Saya juga penggemar kereta api mulai dari sejarah sampai naik keretanya.. Tapi sayank masih ada rasa malu kalau mau potret kereta api... Hehe...
BalasHapuswah.. pengalamannya mririp pengalaman saya di stasiun waru dan suka foto kereta api, awalnya saya memfoto KA penataran ekspres yg sekarang tdk digunakan lagi :(
BalasHapus