Selasa, 15 September 2015

Berbagi : Pengalaman menjadi seorang railfans (bagian pertama)

Kita mengenal berbagai macam hobi dalam kehidupan kita sehari-hari, dan berbagai macam sebutan untuk orang-orang yang menyukai hobi-hobi tersebut.Salah satunya adalah railfans. Railfans adalah sebutan untuk orang-orang dengan hobi kereta api. Di luar negeri, para penghobi kereta api disebut juga sebagai Railway Enthusiast.  Para penghobi kereta api adalah orang-orang yang menyukai, menggemari, bahkan mencintai kereta api. Mereka suka melihat, menonton, menaiki, memotret, dan menikmati kereta api dari berbagai macam sisi. Ada yang suka menonton kereta api, bepergian dengan naik kereta api atau sekedar jalan-jalan naik kereta api (railfans menyebutnya dengan istilah  joyride). Ada juga yang suka memotret kereta api, mempelajari sejarahnya, menyusuri jalur-jalur mati peninggalan jaman penjajahan (railfans menyebutnya dengan istilah tracking jalur mati), bahkan ada yang mempelajari teknik kereta api, seperti seluk beluk lokomotif, gerbong, kereta penumpang dan lain sebagainya. Pengetahuan mereka bahkan bisa melebihi pengetahuan para pegawai kereta api itu sendiri. Ada juga yang menggemari kereta api lama dan kuno, seperti kereta uap dan lori pabrik tebu. Ada juga yang lebih menyukai kereta api modern. Intinya, railfans adalah orang-orang yang menyukai apapun yang berjalan di atas rel hehehe :D

Dan saya adalah salah satu diantara mereka, salah satu diantara orang-orang penghobi kereta api, penikmat ular besi yang merayap di atas rel baja. Saya adalah salah satu yang disebut railfans. Saya suka melihat kereta api, bepergian naik kereta api, jalan-jalan naik kereta api, dan utamanya memotret kereta api.

Saya menyukai kereta api sejak kecil, mungkin sejak umur 5 tahun (saya tidak ingat kapan tepatnya). Menurut cerita dari almarhumah Ibu (Ide Fitriyah) saya, almarhum Bapak (Ruwah Djiman) saya memperkenalkan kereta api kepada saya sejak umur 2 tahun, sejak saya dan almarhumah Ibu pindah dari Solo ke Surabaya untuk mengikuti almarhum Bapak yang berdinas di kesatuan TNI-AL, tepatnya di Rumkit Dr. Ramelan Surabaya. Masih menurut cerita almarhumah Ibu, setiap akhir minggu saat Bapak libur dari dinas, Bapak sering mengajak saya ke Stasiun Wonokromo yang letaknya tidak jauh dari Rumkit Dr. Ramelan. Di sana saya dikenalkan kepada kereta api, diajak nonton kereta api , bahkan Bapak sempat mencorengkan gemuk (gemuk adalah istilah bahasa Jawa yang artinya bekas tetesan minyak mesin atau oli yang bercampur dengan tanah atau debu) ke pipi saya. Katanya, biar saya suka dengan kereta api. Alhasil, jadilah saya seorang railfans hahaha :v

Saat mudik ke kota kelahiran Bapak dan Ibu –di Jogja dan Solo, kami sekeluarga selalu naik kereta api. Seingat saya, kereta api yang sering kami naiki saat itu adalah KA Purbaya. KA Purbaya adalah KA yang melayani rute Purwokerto – Surabaya PP., sekarang berganti nama menjadi KA Logawa, melayani rute Purwokerto – Jember PP. Saya tidak ingat tahun berapa tepatnya KA ini mulai beroperasi, mungkin teman-teman yang lebih tahu bisa berbagi informasinya. Saya hanya ingat, waktu itu saya masih duduk di Sekolah Dasar, jadi kira-kira tahun 80 – 90 an. Saya juga ingat KA Purbaya ditarik lokomotif berjenis BB dengan membawa 4 – 5 kereta penumpang yang selalu penuh. Harga tiketnya dari Solo ke Surabaya saya tidak ingat hehehe :D

Semenjak saya kecil, saya suka melihat kereta api. Apalagi rumah orang tua saya dulu di Perumahan Dinas TNI-AL Tebel, yang berada tepat di seberang rel jalur Surabaya – Malang. Jadi saya bisa menikmati kereta api dengan mudah, setiap hari. Saya sempat menyaksikan dua kejadian kecelakaan kereta api (dalam dunia kereta api disebut dengan PLH atau Peristiwa Luar biasa Hebat) yang terjadi di rel di depan rumah tinggal saya. Saat itu kereta api menabrak (atau mungkin lebih tepatnya ditabrak) truk bermuatan batu kapur (di depan perumahan adalah pabrik pengolahan batu kapur). Peristiwa tersebut terjadi tepat di pintu perlintasan di depan pabrik. Dan PLH tersebut terjadi dua kali dengan jarak waktu yang agak lama, tapi tidak lebih dari satu tahun.

Kesukaan saya memotret kereta api dimulai sekitar tahun 2009. Saat itu saya sedang dalam perjalanan pulang dari Jogja ke Sidoarjo menumpang KA Bima dari Stasiun Tugu Yogyakarta. KA Bima adalah KA kelas eksekutif pertama yang saya naiki, karena selama bepergian dengan kereta api, keluarga saya selalu naik kereta kelas ekonomi. Sehingga sampai sekarang, KA Bima menjadi kereta api favorit saya :D

foto kereta api saya yang pertama
Stasiun Tugu, 04 Juli 2009
kalo tidak salah ingat ini adalah KA Gajayana
Awalnya saya memotret hanya sekedar iseng, hanya ingin mengabadikan sesuatu yang menjadi kesukaan saya, kegemaran saya. Memotretnya pun hanya menggunakan kamera handphone Sony Ericsson K790i. Dan karena memotretnya hanya asal-asalan dan menggunakan kamera hp, maka hasilnya pun juga apa adanya hehe :D


foto Stasiun Tugu Yogyakarta, diambil tanggal 04 Juli 2009 saat saya menunggu KA Bima
Saya yang saat itu sudah bekerja sebagai operator warnet, suka menikmati foto-foto kereta api yang ada di internet. Hanya menikmati saja, belum bisa memotretnya. Saya mencari foto-foto kereta api melalui google, dan oleh google diarahkan ke flickr.com. Di sanalah awalnya saya mengenal fotografi kereta api. Begitu banyak foto kereta api dari para railfans yang memenuhi flickr. Yang paling saya hapal adalah foto dengan watermark “Ricki Pecinta Bangunkarta” dan “NR SDT”. Para penghobi kereta api pasti tau, siapa pemilik watermark tersebut :D

Dan semenjak itulah, saya mulai mencoba untuk memotret kereta api menggunakan kamera hp saya.  Pertama kali memotret kereta api -semenjak saya melihat foto-foto di flickr, adalah di Stasiun Sidoarjo. Sekitar tahun 2010. Saya memotret di Stasiun Sidoarjo karena tempat kerja saya dekat dengan stasiun tersebut, dan stasiun tersebut menjadi stasiun yang penuh kenangan untuk saya.

CC 201 24 melayani KA Penataran dari Surabaya tujuan Malang
salah satu foto kereta api di awal saya menjadi penghobi kereta api, sekitar tahun 2010
Yang pertama saya foto adalah KA Penataran yang melayani rute Surabaya – Malang. Lalu barisan kereta api teknik untuk perawatan rel yang sedang berbaris rapi di jalur 4 Stasiun Sidoarjo. Pengetahuan saya tentang kereta api saat itu sangatlah terbatas. Saya hanya tau jenis lokomotif CC 201 dari plat nomor yang terpasang di sisi kanan dan kiri kabin lokomotif. Saya juga tahu nama kereta api dari jadwal yang terpasang di stasiun. Saat itu, untuk masuk dan keluar area stasiun cukup mudah, hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 1500 untuk membayar tiket peron. Jika ditanya petugas ada perlu apa di dalam stasiun, saya menjawab “mau menjemput teman” hahaha :D

foto barisan kereta perawatan rel yang berjajar di jalur 4 Stasiun Sidoarjo
awalnya saya pikir ini adalah foto biasa, ternyata ini adalah foto momen yang luar biasa.
saya beruntung bisa mendapatkannya
Saat itu populasi penghobi kereta api di Sidoarjo masih sangat sedikit. Yang saya tahu, hanya saya orang yang menghobi kereta api. Dan ternyata saya salah besar hahaha. Ternyata ada beberapa orang yang lebih dahulu menghobi kereta api di Sidoarjo.

Lalu saya mengenal facebook, dan dari facebook lah saya mulai masuk ke dunia hobi kereta api secara lebih luas. Dari fecebook lah saya mendapat banyak sekali teman, saudara, keluarga baru yang sama-sama menghobi kereta api. Penghobi kereta api pertama yang saya tambahkan sebagai teman di facebook adalah PakdheAnang Christian. Saya ingat, foto profil beliau adalah sedang berdiri di samping lokomotif sambil memegang handrail lokomotif. Dari facebook Pakdhe Anang, saya selanjutnya menambahkan orang paling legendaries di dunia railfans, pemilik watermark “Ricki Pecinta Bangunkarta” yang fotonya sangat saya suka di flickr. Dia adalah RickiVanhouten Dirjomangunkusumo Jayaningrat, alias Ricki, alias Dirjo. Salah satu sahabat railfans terbaik yang pernah saya miliki. Selanjutnya, saya menambahkan lebih banyak teman sesama penghobi kereta api di facebook. Dan di facebook juga lah saya “memamerkan” hasil karya foto kereta api saya. Tapi bukan cuma saya lho, teman-teman saya yang lain juga memamerkan hasil karya mereka, bahkan mereka melakukannya lebih dulu hehehe  :D

Di facebook juga lah saya mengenal satu orang yang saya anggap sangat berjasa di kehidupan dan dunia saya sekarang. Dia mengajari saya banyak hal, salah satunya mengajari saya bagaimana cara memotret dengan baik, khususnya memotret kereta api. Dia adalah guru, teman, sahabat, saudara, dan sudah saya anggap sebagai keluarga saya. Rendra Swariyan Habib namanya. Dari orang ini saya belajar banyak hal, tentang hobi, tentang keluarga, tentang kehidupan, dan banyak sekali.

Tahun 2010, saya bergabung dengan sebuah komunitas yang juga ikut membesarkan saya, memberikan banyak sekali pelajaran berharga kepada saya. Tahun 2010 adalah awal saya bergabung dengan KOMUTER (Komunitas Peduli dan Pecinta Kereta Api). Sebelum bergabung, saya sering melihat foto-foto kegiatan Komuter di facebook. Begitu banyak kegiatan mereka yang berhubungan dengan kereta api. Mereka juga memakai seragam biru hitam yang keren. Dan saat itulah saya memutuskan bergabung dengan Komuter.

Pertama kali saya menghubungi ketua komunitas tersebut. Mas AnzharPratama. Mas Anzhar adalah Ketua Komuter (kami menyebutnya masinis) generasi pertama. Dia dan tiga orang lainnya -mas Rizal Rahardian, mas Ainan, dan pak M. Syamsuri adalah para pendiri Komuter. Pertama kali saya bertemu dengan mas Anzhar dan mas Rizal di Stasiun Surabaya Gubeng, di tempat nongkrong mereka di jalur 6. Saat bertemu mereka, saya menyatakan ingin bergabung dengan Komuter. Dan kegiatan pertama yang saya ikuti saat itu adalah menumpang KA Sancaka Pagi dari Stasiun Gubeng menuju Stasiun Surabaya Kota. Lalu ikut naik ke lokomotif (para railfans menyebutnya dengan CR atau Cabin Ride) KA Sancaka, yaitu CC 201 05 dari Stasiun Surabaya Kota menuju Dipo Lokomotif Sidotopo. Selanjutnya melihat-lihat dipo lokomotif dan dipo kereta dan menyaksikan bekas Kereta Sultan yang tersimpan di pojok dipo kereta Sidotopo. Itu adalah pengalaman sangat berharga yang tidak akan pernah saya lupakan. Dari dipo loko Sidotopo, saya sempat tertinggal teman-teman yang lebih dulu naik loko kembali ke Stasiun Surabaya Kota. Akhirnya saya dan teman saya Reza TriPramudita, menumpang loko KA Penataran dari dipo loko Sidotopo ke Stasiun Surabaya Kota. Pengalaman yang luar biasa.

Saat itu saya masih terus suka memotret kereta api, dengan kamera hp saya tentunya. Saya memotret di stasiun-stasiun seperti Sidoarjo, Surabaya Gubeng, Sutabaya Kota, Wonokromo, Porong, Lawang, Tarik, bahkan sampai Mojokerto. Walaupun hanya dengan kamera handphone, saya sangat bersyukur bisa memotret kereta api. Sampai akhirnya saya bertemu teman-teman Komuter lain di Stasiun Tarik.



berikut beberapa foto pertama saya menjadi penghobi kereta api. semua foto diambil dengan kamera handphone Sony Ericsson K790i

lokomotif D 301 61 sedang berdinas melangsir rangkaian gerbong Kricak di Stasiun Bangil
KA Komuter Arek Surokerto melayani rute Surabaya - Mojokerto, sedang berhenti di jalur 2 Stasiun Tarik

KA Penataran dan Doho sedang bersiap di jalur 2 dan 3 Stasiun Surabaya Kota (Stasiun Semut)

dua KA Penataran bertemu di Stasiun Porong

beberapa lokomotif yang sedang beristirahat di Dipo Lokomotif Sidotopo

KA Komuter Surabaya - Sidoarjo berangkat dari Stasiun Surabaya Kota (Stasiun Semut)

KA Tawang Alun dengan lokomotif BB 304 03 bersilang KA Penataran di Stasiun Lawang

4 komentar:

  1. Masih awal-awal suka foto sepur aja udah keren gambarnya... Hihihi

    BalasHapus
  2. Mantap nih om.. Saya juga penggemar kereta api mulai dari sejarah sampai naik keretanya.. Tapi sayank masih ada rasa malu kalau mau potret kereta api... Hehe...

    BalasHapus
  3. wah.. pengalamannya mririp pengalaman saya di stasiun waru dan suka foto kereta api, awalnya saya memfoto KA penataran ekspres yg sekarang tdk digunakan lagi :(

    BalasHapus