Stasiun Tarik, 01 Agustus 2010.
Saya dan rekan-rekan Komuter yang lain berencana untuk berkumpul di
Stasiun Tarik. Saya ingat berangkat dari Stasiun Surabaya Gubeng bersama
beberapa orang teman naik KA Arek Surokerto tujuan Mojokerto, berangkat dari
Gubeng tepat pukul 08.00 WIB. Rombongan kami sampai di Tarik kira-kira pukul
08.30 an.
Di sini saya bertemu dengan Syamsul Bachri, salah satu orang yang
berjasa dalam kehidupan saya sebagai penghobi kereta api. Di sini juga untuk
pertama kali dalam hidup, tangan saya memegang kamera DSLR (Digital Single Lens Reflect). Nikon
D5000 adalah kamera DSLR pertama yang saya pegang. Tentu saja saat itu saya
masih belum tahu apa kepanjangan dari DSLR. Kamera tersebut milik Syamsul. Dia
meminjamkannya kepada saya agar saya bisa belajar bagaimana cara
menggunakannya. Karena untuk pertama kali saya memegangnya, saya memegangnya
dengan sangat hati-hati, sampai tangan saya gemetaran. Perasaan senang karena
bisa memegang kamera bagus, sekaligus takut jika nanti kameranya rusak. Dan
parahnya, saya sok tahu hahaha :D Saya tidak mau bertanya bagaimana cara
menggunakannya.
Nikon D5000, kamera DSLR pertama yang saya pegang tapi saya tidak tahu bagaimana menggunakannya :D |
Saya ingat, sebelum saya pegang, kamera dipegang oleh mas Bachrul Uluma.k.a Cui. Dia menggunakannya sebentar untuk memotret teman-teman. Dia
menggunakan mode live view untuk
memotret. Setelah dipakai, langsung diserahkan kepada saya tanpa mematikan mode
live view nya. Saya coba pakai, coba
untuk mengintip lewat viewfinder,
tapi kok gelap? Apa yang salah? Saya bingung bukan main, ini bagaimana caranya
supaya ga gelap? Padahal tutup lensa sudah saya lepas tapi kenapa masih gelap?
Tentu saja gelap karena live view nya
belum dimatikan hahaha :D Dan saya tidak tahu bagaimana cara mematikannya :v
Akhirnya saya matikan saja kameranya, tombol power saya switch ke off. Lalu
kamera saya nyalakan lagi, beres hahaha :D Dan satu lagi, karena baru pertama
kali menggunakannya, saya tidak mematikan kameranya. Jadi setelah saya pakai,
kamera tetap saya biarkan on,
sehingga menghabiskan daya baterai. Belum sehari, daya baterai sudah hampir habis
sehingga Syamsul tidak bisa menggunakannya untuk memotret hehehe :D Ngapunten
ya, Syam :D
“Wah, batere kok hampir habis gini. Tadi kamera ga sampeyan matikan,
Mas?”
“Wah iya, lupa hehehe :D”
“Woalah ya wes, mas. Gpp”
Di Stasiun Tarik juga untuk pertama kalinya saya berani menyeberang
jembatan kereta api yang panjang. Pengalaman pertama saya menyeberang jembatan
kereta api adalah di Stasiun Lawang, tapi hanya jembatan kecil hahaha :v Saat
itu saya sedang hunting sendirian di Stasiun Lawang. Saya berjalan menyusuri
rel dari stasiun ke arah selatan dan sampailah saya di sebuah jembatan kecil.
Awalnya saya takut. Kenapa? Karena semenjak saya mengalami kecelaksaan di tahun
2000, saya jadi agak phobia terhadap
ketinggian. Setiap kali saya berada di ketinggian, kepala saya langsung terasa
pusing, semacam vertigo. Ini dikarenakan saat kecelakaan, kepala saya terbentur cukup keras dan
mengakibatkan luka yang masih membekas sampai sekarang.
Sebelum menyeberang saya berpikir, kalau saya tidak menyeberang
jembatan ini maka saya harus jalan memutar lewat bawah, dan itu jaraknya cukup
jauh. Akhirnya saya memutuskan untuk menyeberang. Hanya sebuah jembatan kecil
sepanjang kira-kira 2-3 meter saja. Tapi saya masih deg-deg an. Saya
menyeberanginya dengan kaki gemetar, walaupun akhirnya saya berhasil
menyeberanginya. Alhamdulillah.
Kembali ke Tarik. Ada dua jembatan di sebelah barat Stasiun Tarik,
jembatan kecil dan besar. Jembatan kecil panjangnya kira-kira 3-4 meter,
sedangkan yang besar, ehm… saya ga tau berapa panjangnya. Pokoknya panjang lah
hahaha :D
dua jembatan di sebelah barat Stasiun Tarik |
Saya dan rekan-rekan yang lain awalnya hanya menyeberang jembatan
kecil, untuk memotret kereta api yang akan melintas. Setelah satu KA melintas –kalau
tidak salah saat itu KA Rapih Doho, saya melihat ada seorang perempuan dan anak
kecil yang menyeberang jembatan besar. What…??!!
Perempuan dan anak kecil!!! Saya merasa terhina sekali hahaha :D Perempuan dan
anak kecil saja berani menyeberang, kenapa saya tidak??!!
KA Rapih Doho melintas di atas jembatan Tarik |
Setelah mengumpulkan keberanian, saya mengajak satu orang teman yaitu
mas Anzhar untuk menemani menyeberang jembatan. Dan mas Anzhar bersedia untuk
ikut. Bismillahirohmanirrohim. Itulah
kata pertama yang saya ucapkan sebelum menyeberang. Pelan-pelan saya langkahkan
kaki menginjak balok-balok penyangga rel. Jembatan besar ini cukup parah
keadaan baloknya pada saat itu. Jarak antar balok tidak sama, ada yang lebar
dan ada yang sempit. Keadaan baloknya pun banyak yang tidak utuh. Ada yang
tinggal separuh, ada yang berlubang, ada pula yang terbakar. Asem tenan lah pokoknya. Untunglah saat
itu adalah jam sepi kereta melintas, jadi saya bisa menyeberang dengan tenang.
Perlahan tapi pasti, saya akhirnya sanggup menyeberang jembatan panjang
tersebut. Alhamdulillah. Meskipun
saat sampai di ujung jembatan, kaki saya masih gemetaran hahaha :v
Saat sampai di ujung jembatan, kami disambut kedatangan KA Arek
Surokerto dari Mojokerto menuju ke arah Surabaya Gubeng. Setelah memotret KA
Arek Surokerto, saya dan mas Anzhar mencari spot untuk memotret KA selanjutnya,
KA Gayabaru Malam Selatan. Kami menemukan spot yang cukup bagus dan teduh,
cocok untuk beristirahat dan ngadem
dari panasnya sinar matahari siang itu. Dan karena saat itu saya masih belum
mengerti bagaimana teknik memotret yang baik, maka foto yang saya hasilkan
asal-asalan. Asal keliatan sepurnya hahaha :v
KA Arek Surokerto dari Mojokerto. Perbuatan saya mengambil foto dari atas sinyal masuk mohon jangan ditiru ya |
KA Gayabaru Malam Selatan dari Surabaya Gubeng menuju Jakarta Kota (Gapeka 2011) hasil foto masih asal-asalan karena belum mengerti teknik foto yang baik :D |
Sepulang dari Stasiun Tarik, saya menceritakan pengalaman saya
memegang kamera DSLR dan menyeberang jembatan kepada perempuan yang saat itu
dekat di hati saya, pamer ini ceritanya hehehe :D Siapa nama perempuan itu?
Tidak perlu saya sebutkan, ga baik hehehe :D
Perempuan ini juga yang ikut menemani perjalanan saya menjadi seorang
penghobi kereta api. Beberapa kali dia sempat ikut hunting kereta api bersama
saya. Dia ikut saat saya hunting di Stasiun Surabaya Kota, ikut naik KA Komuter
dan berpanas-panasan di stasiun. Dia sempat marah saat saya tinggal untuk
memotret KA di tengah emplasmen stasiun, sedangkan dia duduk berteduh di peron.
Dan satu yang sangat sangat ingat, dia menemani saya hunting di Bekas Dipo Lokomotif Bangil. Hunting
yang juga menjadi salah satu penanda penting dalam kehidupan saya secara umum
maupun sebagai penghobi kereta api. Jika Anda berharap untuk tahu nama dan foto
perempuan tersebut, kubur saja harapan itu karena saya tidak akan
menampilkannya di sini :D
Dipo Lokomotif Bangil. Mungkin Anda sudah pernah mendengarnya. Bekas Dipo Lokomotif Bangil
adalah salah satu tempat yang terkenal angker di kalangan penghobi kereta api.
Sebelumnya, saya berkenalan dengan dua orang penghobi kereta api yang juga
punya pengaruh kuat dalam hidup saya, dan sekarang sudah saya anggap sebagai
keluarga saya sendiri. Rendra Swariyan Habib dan Budi Wibawa Mukti. Saya
berkenalan dengan mereka di facebook. Awalnya kedekatan kami hanya sekedar sesame
penghobi kereta api. Saling berbagi karya foto kereta api di facebook dan di
kaskus. Nah, di kaskus inilah awal mula kedekatan kami. Di thread motret kereta api yang dibuat oleh om Ipenk (Ifan Triyanto)
kami saling berbagi foto. Awalnya, mas Budi mengajuka rikues kepada saya untuk
memotret KA Argo Wilis, KA favoritnya. Saya menyanggupi dan memotret KA Argo
Wilis di Stasiun Surabaya Gubeng. Dan itu adalah foto KA Argo Wilis saya yang
pertama. Lalu om Rendra juga ikut mengajukan rikues, dan ini tidak main-main.
“Om, rikues foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil sekalian gerbong NR yang ada di dalamnya donk”
“Gerbong NR itu apa?”
“Gerbong penolong yang dipakai untuk menolong KA yang mengalami PLH”
“Okeh, siaap. Segera dieksekusi”
Begitulah kira-kira percakapan kami di thread di kaskus. Saya menyanggupinya tanpa tahu sejarah tempat
tersebut dan sejarah gerbong NR yang akan saya potret. Pagi hari sebelum
berangkat, saya membuat status di facebook “Berangkat hunting Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan
NR nya”. Setelah membuat status, saya langsung berangkat ke Stasiun Sidoarjo, berdua,
dengan perempuan kecil itu :)
Kami naik KA Penataran jurusan Malang. KA berangkat pukul 08.00 dan
sampai di Bangil kira-kira pukul 08.30 an. Setelah meminta ijin PPKA setempat,
saya langsung menuju bangunan dipo. Di dipo saya juga menyempatkan diri untuk
ijin petugas yang sedang berada di sana. Selanjutnya kami berdua berfoto-foto
di sekitar bangunan dipo. Saat menuju bangunan dipo yang sudah tampak lama dan
terbengkalai, sebenarnya saya sempat ragu. Ada perasaan tidak enak dan
mengganjal saat melihat bangunan tersebut. Tiba di pintu bangunan, saya tidak
langsung masuk. Saya sempat terdiam sebentar, mengamati dan merasakan aura di
dalam bangunan. Dingin. Dia yang menemani saya pun sempat mengajak untuk
kembali, tidak masuk dipo. Tapi saya menolak. Saya ingin menepati janji kepada om
Rendra. Bismillahirohmanirrohim. Saya
pun melangkah masuk.
suasana Stasiun Bangil saat itu, foto tahun 2010 |
ruang PPKA Stasiun Bangil tahun 2010 |
Di dalam bangunan terasa dingin, sunyi, senyap, dan sepi. Saya melihat
beberapa gerbong semacam PPCW (gerbong datar) dengan kode PPWRU. Saya melihat
sekeliling, ada ruangan kerja, beberapa barang yang berserakan dan sebuah kran
air yang airnya menetes pelan. Wah, suasana nya lumayan horror dan menyeramkan. Padahal saat itu siang hari. Saya lihat di
ujung utara, sebuah gerbong tua yang diparkir di bagian paling belakang
bangunan. Mungkin itu NR nya, ucap saya dalam hati.
Perlahan saya mendekat, aura mistis dan dingin bertambah kuat. Singup kalau orang Jawa bilang. Entah
kenapa kaki saya terus saja melangkah maju sampai akhirnya tangan saya
menyentuh gerbong tua itu. Memang aura nya terasa lain. Seperti ada yang sedang
mengawasi saya dari jauh. Tapi tidak saya hiraukan. Saya masih belum tahu
bagaimana cerita sejarah gerbong tua itu, dan bagaiman cerita para penghobi
kereta api sebelum saya yang pernah memotret gerbong tua tersebut, jadi saya
tetap santai dan tenang. Tidak berpikiran negatif dan macam-macam. Saya
memotret gerbong NR itu dari berbagai sudut. Depan, samping, bahkan dari bawah.
Dengan berani –atau lebih tepatnya nekat saya turun ke kolong gerbong untuk
memotret dari bawah. Padahal….
Selesai memotret dan mengamati, saya kembali keluar. Di luar, sang
perempuan sudah menunggu dengan resah. Saya juga bodoh, kenapa saya tinggalkan
dia sendirian di luar? Kenapa tidak saya ajak masuk saja sekalian? Ah sudahlah,
yang penting dia selamat dalam keadaan baik. Dia menyambut saya dengan muka
gelisah.
“Aku kuatir,” katanya.
“Tadi pas sudah masuk, aku manggil-manggil dari luar. Kedengaran ga?”
“Ga, aku ga dengar apa-apa dari dalam,” sahutku.
“Ah sudahlah, yang penting ga ada apa-apa. Ayo kita pulang.”
Kami berencana pulang naik KA Penataran jam 12 dari Malang. Karena jam
kedatangan kereta masih lama, kami menyempatkan diri untuk berfoto di sekitar
stasiun dan membeli nasi bungkus untuk makan siang. Alhamdulillah, hunting hari itu berjalan lancar. Tapi saya tidak
tahu, status di facebook saya sudah penuh dengan cerita sejarah Bekas Dipo Lokomotif Bangil,
gerbong NR, rekan-rekan penghobi yang sebelumnya pernah memotret Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan gerbong NR nya.
Saya tahu setelah saya buka facebook saya di malam harinya. Astaga!!!
Ternyata gerbong NR di Bekas Dipo Lokomotif Bangil sangat angker!!! Buset bener dah!!! Perasaan
takut, kuatir, cemas, sekaligus bangga bercampur menjadi satu. Gerbong NR
adalah salah satu gerbong yang dinyatakan angker oleh para penghobi kereta api
sebelum saya. Sejarahnya cukup kelam dan seram. Menurut cerita, gerbong itu
pernah dipakai untuk mengangkut mayat para korban pembantaian PKI di lintas
Pasuruan – Bangil. Pintu gerbong NR yang berupa pintu slide, pernah dipakai untuk memenggal kepala korban kekejaman PKI. Ceritanya,
korban direbahkan di lantai gerbong dengan bagian badan di dalam gerbong leher
berada tepat di pintu. Lalu pintu ditarik dengan kencang sehingga bisa
memenggal kepala korban. Haduuuuhhh….!!!
Bukan itu saja, menurut cerita para penghobi yang sudah pernah
memotret sebelum saya. Mereka yang pernah memotret gerbong NR tersebut akan
mengalami berbagai macam keganjilan. Mulai dari foto-foto yang ada di memory card menghilang secara misterius,
lalu memory card rusak, terkena virus
dan tidak bisa digunakan lagi. Tidak hanya memory
card nya yang rusak, komputer dan laptop yang pernah disinggahi memory card yang berisi foto-foto
gerbong NR itu pun juga ikutan rusak. Tak ketinggalan kamera yang dipakai. Salah
seorang teman becerita, komputer temannya yang dipakai untuk menyimpan
foto-foto gerbong NR tersebut rusak, sampai harus diperbaiki hingga 3 kali,
tapi tetap saja rusak. Lalu kameranya juga. Kameranya sempat diperbaiki dan
bisa dipakai sebentar, tapi tak lama. Sebulan setelah diperbaiki, keponakannya
memukul kameranya dengan palu. Hancurlah kameranya :3
Tidak berhenti sampai di situ, orang yang memotret pun juga ikut
ketularan. Masih menurut teman saya, sesaat setelah dia dan teman-temannya
memotret, ada satu penghuni gerbong yang ikut. Penghuni tersebut nangkring di
pundak teman nya selama beberapa hari, sampai orang tersebut sakit. Penghuni
gerbong NR itu mau pergi setelah salah seorang teman berdialog secara baik-baik
dengan nya. Dan sampai saat itu, hanya ada dua orang di Indonesia yang masih
menyimpan foto-foto gerbong NR di Bekas Dipo Lokomotif Bangil. Dua orang tersebut termasuk saya. Kerusakan yang dialami kamera, komputer dan perangkat lainnya tidak
langsung terjadi setelah selesai mengambil foto. Tapi terjadi seminggu setelah
selesai mengambil foto. Asem tenan!!!
Cerita yang cukup membuat takut dan bulu kuduk berdiri. Saya sempat
kuatir, bukan hanya mengkhawatirkan keselamatan handphone dan komputer saya, terlebih
saya mengkhawatirkan keselamatan perempuan yang saya ajak untuk hunting di
sana. Saya khawatir terjadi apa-apa kepada dirinya, karena saat itu saya
tinggalkan dia di luar, sendirian. Tapi saya tetap berpikiran positif. Niat
saya baik, saya tidak punya niat macam-macam saat datang ke sana dan memotret
gerbong NR. Alhamdulillah seminggu
setelah saya memotret, tidak ada hal negatif yang terjadi pada saya, perangkat
saya, dan perempuan yang saya cintai. Semua baik-baik saja, dan sampai sekarang saya masih menyimpan foto-foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil beserta gerbong NR nya dengan aman.
Saya merasa bangga, saya adalah salah satu dari sedikit orang yang
saat itu bisa memotret dan memiliki foto-foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan NR nya dengan
aman, tanpa ada masalah. Karena setelah itu, ada dua orang teman yang memotret
di sana mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Handphone yang dipakai
memotret rusak dan satu teman lainnya kamera DSLR serta komputernya rusak berat
sampai tidak bisa diperbaiki. Seram :3
Penasaran dengan foto-foto Bekas Dipo Lokomotif Bangil dan gerbong NR nya? Silahkan,
saya sertakan foto-fotonya lengkap di bawah ini. Jika ingin klik kanan dan save as, saya ijinkan tetapi dengan
resiko Anda sendiri ya :D
Beginilah suasana di sekitar Bekas Dipo Lokomotif Bangil pada tahun 2010
Bekas Dipo Lokomotif Bangil |
Bekas Dipo Lokomotif Bangil |
kereta tua yang teronggok di depan dipo. entah kereta ini dulunya dipakai untuk apa |
Bekas Griya Karya Stasiun Bangil |
Bekas Griya Karya dan Turn Table Dipo Lokomotif Bangil |
Lokomotif D301 61 sedang parkir di depan Bekas Dipo Lokomotif Bangil |
narsis dulu yak hehehe :D |
mungkin ini bangunan kantor Dipo, saya tidak tahu tepatnya untuk apa |
gerbong PPWRU tua diparkir dan ditinggalkan di depan pintu masuk dipo |
tampak kode gerbong PPWRU 12 .... |
pintu masuk depan Bekas Dipo Lokomotif Bangil sudah berasa mistisnya? |
Dan inilah suasana di dalam Bekas Dipo Lokomotif Bangil, lengkap dengan gerbong NR nya. Kalau pengen save as, resiko ditanggung sendiri ya :D
gerbong-gerbong PPWRU tua |
bekas loss dipo |
bekas kantor dipo |
kran air yang airnya tak berhenti menetes, entah mulai kapan sampai kapan. suara airnya yang menetes menambah kesan seram di dalam bangunan :3 |
penampakan gerbong NR |
saya naik ke atas gerbong PPWRU dan mulai mendekat |
gerbong NR 9 berasa ada yang mengawasi? |
entah saya nekat, bodoh, atau berani saat mengambil foto dari bawah seperti ini. padahal ini di bawah adalah .... |
pintu yang katanya pernah dipakai untuk memenggal kepala manusia :3 |
Pengalaman yang lumayan pahit tapi menyenangkan hehehe :D Di balik itu
semua, Dipo Bangil dan gerbong NR nya telah membuat saya mempunyai dua keluarga
baru. Om Rendra dan om Budi. Terima kasih saya untuk kalian berdua :)
Semua foto diambil tahun 2010 menggunakan handphone kamera SonyEriscsson K790i. Kondisi handphone saat ini sudah almarhum :'(
Berikut beberapa foto yang sempat saya abadikan sebelum kami berdua pulang kembali ke Sidoarjo
gerbong ketel diparkir di emplasmen Stasiun bangil |
gerbong kricak yang sudah terisi batu balas, siap untuk dirangsir dan berdinas |
KA Mutiara Timur Pagi dari Surabaya Gubeng tujuan Banyuwangi, masuk jalur 1 Stasiun Bangil |
Lokomotif D301 61 siap merangsir rangkaian gerbong kricak |
sepur yang saya anggap aneh saat itu karena baru pertama saya melihatnya, dan sampai sekarang saya tidak tahu sepur apa ini namanya, dan gunanya untuk apa :v |
KA Penataran dari Malang masuk Stasiun Bangil, siap membawa kami kembali pulang ke Sidoarjo |
bersambung ....
duowoooo artikele hahahaha. . . tp mantab mas perjalanannya ..... lanjutgan potozepure :D
BalasHapussebetulnya bercak kecoklatan itu sepertinya bukan karat melainkan itu bekas darah yang tidak bisa dihilangkan :) Thx artikelnya :D
BalasHapusterima kasih semua :)
BalasHapusnanti pas dibuka pintu NR09 nya gataunya kosong :v
BalasHapusSalam kenal mas, sy jg kenal sma kang rendra sma agung d stasiun ijo thn 2009
BalasHapusSalam Kenal mas saya dari daop III CN ngomong2 itu sih gerbong paling mistis dalam sejarah perkeretaapian indonesia sih klau gk salah itu jg kata railfans dari daop lain ngomong nya begitu jadinya gk bisa tidur :3
BalasHapusKi :v
HapusKampret om,merinding ah :v
BalasHapusmas dhanie membawa aura positif sejak awal hingga akhir hunnting makanya tidak terjadi apa2, mas dhanie termasuk railfans yg beruntung bisa mendapatkan foto NR9 dan tidak terjadi apa apa pula, makanya banyak railfans yg kurang beruntung dikarenakan membawa aura negatif contoh railfans terlalu takabur,terlalu percaya diri dan terlalu meyakini bahwa mengambil foto tersebut hal yg mudah dan juga bermaksud menyobongkan diri kalau dia bisa menggambil gambar tersebut,dll. bukannya bermaksud menyela para railfans tapi fakta nya memang seperti itu. menggusik pengghuni area tersebut. untuk mas Dhanie Setiawan salut deh
BalasHapusLoh, aku moto NR9 sampe ke boogie²nya :p
BalasHapusHiasan tenan ceritane hehehehhe
BalasHapusJosss tenan ceritanya hehehehe
BalasHapusmas coba kesana lagi cek gimana kondisinya sekarang tapi versi video di upload di youtube mas
BalasHapusPunten mas. Saya penasaran yang caption pas mas foto bagian kolong nr nya itu ada apa ya? 😅
BalasHapus