Kamis, 15 Januari 2015

Tips dan Trik : Mengurangi Risiko Pencurian Hasil Karya

Bajak lindes loko!
Bajak lempar gerbong!
Bajak tabrak bis!
Bajak... bajak... bajak...!!!

Kalau kita mendengar kata 'bajak', yang terlintas dalam pikiran kita adalah membajak sawah dan pembajakan hasil karya. Tentu saja dalam artikel ini, tidak mungkin kita membicarakan tentang pembajakan sawah karena memang bukan tempatnya hehe :D

Pembajakan yang dimaksud adalah pembajakan hasil karya kita, baik itu foto, video, dan hasil karya dalam bentuk lainnya. Pembajakan memang terjadi di mana-mana. Jangankan kita yang hanya seorang pengguna media sosial, perusahaan besar seperti Microsoft pun hasil karyanya dibajak oleh orang di seluruh dunia. Bahkan saya rasa, kita pun menggunakan hasil bajakan tersebut, iya tidak? :D

Internet adalah media global. Internet ibaratnya seperti sebuah jalan yang menghubungkan rumah-rumah di seluruh dunia melalui kabel. Mengunggah hasil karya kita ke internet, baik itu media sosial, situs penyimpanan online, situs foto, dan situs-situs lainnya, bisa diibaratkan seperti kita mempunyai sebuah sepeda, lalu menaruh sepeda tersebut di pinggir jalan. Meskipun kita mengamankan sepeda tersebut -entah itu dikunci, digembok, atau dirantai- akan selalu ada kemungkinan sepeda tersebut akan diambil orang lain tanpa sepengetahuan kita, dengan kata lain sepeda bisa dicuri -dalam hal ini 'dibajak'.

Salah satu alasan hasil karya kita dibajak adalah karena memang hasil karya tersebut sangat bagus, atau minimal lebih bagus dari hasil karya orang lain. Dan kita patut bangga dengan hal ini karena ada orang lain yang menghargai hasil karya kita, meskipun dengan cara yang agak berbeda dari kebanyakan orang. 

Lalu bagaimana caranya agar hasil karya kita tidak dibajak? Gampang sekali, jangan diunggah di internet. Mudah kan?
Jika kita tetap bersikeras untuk mengunggah hasil karya kita di internet -dengan alasan show off, berbagi, pamer, dijual, atau alasan lainnya- kita tidak mungkin bisa mencegah pembajakan itu terjadi. Pembajakan pasti terjadi, dan itu sudah menjadi hukum wajib di dunia internet. Kita memang tidak bisa mencegahnya, tapi kita bisa mengurangi atau meminimalisir kemungkinan hasil karya kita dibajak. Bagaimana caranya?

Menurut pengalaman saya -yang alhamdulillah sampai sekarang saya belum menemukan adanya hasil karya saya yang dibajak, hasil karya kita harus mempunyai ciri khas atau karakteristik yang berbeda dari yang lain, yang sanggup menunjukkan bahwa itu adalah hasil karya original milik kita, bukan menjiplak atau meniru orang lain. Jadi hasil karya kita harus benar-benar mewakili kita, sehingga sekali orang melihatnya -entah itu foto atau video atau yang lain- orang akan langsung tahu bahwa itu adalah hasil karya kita. 

warna yang mencolok menjadi ciri khas dari setiap foto milik Dirjo
Saya contohkan karya teman saya bernama Dirjo. Jika orang melihat hasil karyanya -terutama foto- orang akan langsung tahu bahwa itu adalah foto hasil karya Dirjo. Kenapa orang bisa langsung tahu? Karena hasil karya si Dirjo punya ciri khas dalam hal editing warna nya. Dalam hal editing warna, Dirjo mempunyai ciri khas warna-warna yang menonjol dan mencolok, dan ini yang menjadi karakteristik, kekuatan, dan ciri khas hasil karyanya. Sehingga jika orang ingin mencuri hasil karyanya, orang akan berpikir puluhan kali karena orang lain akan tahu bahwa itu adalah hasil karya Dirjo. Dan ini keuntungan bagi Dirjo karena dengan langkah ini, minimal dia sudah membuat orang berpikir berkali-kali sebelum mencuri karyanya yang pada akhirnya bisa membuat orang tidak berani mencuri atau membajak hasil karyanya.

Memberikan 'tanda air' atau 'watermark' pada karya kita juga merupakan langkah yang cukup efektif untuk menghindari atau meminimalisir pembajakan. Memang watermark ini bisa dihilangkan dengan berbagai macam teknik karena sekarang software editing foto sudah banyak. Triknya, taruhlah watermark pada tempat yang sekiranya tidak mungkin diedit atau dihilangkan oleh calon pencuri, yang jika watermark tersebut dihilangkan akan mengurangi atau bahkan bisa menghilangkan keindahan dari hasil karya tersebut.

Penempatan watermark di tempat yang 'strategis' oleh sang pemilik foto,
Rendra
Saya contohkan karya teman saya bernama Rendra. Dia memasang watermark khas di tempat-tempat yang tidak mungkin untuk bisa dihilangkan atau diedit. Misalnya, di setiap foto bis yang dia punya, dia memasang watermark di bagian kaca depan atau kaca samping bis. Jika calon pencuri ingin mencuri karya fotonya, dia harus berpikir keras untuk menghilangkan watermark tersebut karena jika dihilangkan akan sangat mempengaruhi keindahan foto tersebut. Pada foto kereta api, Rendra memasang watermark pada bogie lokomotif atau pada body loko atau body kereta. Ini juga sangat sulit untuk dihilangkan atau diedit. Hampir sama dengan Dirjo, foto-foto karya Rendra juga mempunyai ciri khas atau karakteristik pada warna dan komposisi fotonya. Rendra dan Dirjo sama-sama menggunakan kamera Nikon yang terkenal dengan warnanya yang 'nendang' sehingga setiap kali orang melihat hasil karya mereka, orang akan langsung tahu bahwa itu adalah hasil karya Dirjo atau Rendra.

Pemberian watermark tidak perlu terlalu besar sehingga watermark itu sendiri akan mengganggu obyek utama di dalam foto. Watermark cukuplah kecil dengan warna dan bentuk atau desain yang kuat, dan di tempatkan di tempat-tempat yang sekiranya tidak mengganggu obyek foto tetapi tidak mudah bahkan tidak mungkin untuk diedit atau dihilangkan.

Satu lagi tips dari saya, untuk menghindari atau meminamilisir pembajakan hasil karya adalah bermain dengan ukuran, baik itu foto atau video. Biasanya, calon pencuri dalam hal niat mencuri foto, akan digunakan untuk dipamerkan kepada orang lain yang diakui oleh sang pencuri bahwa karya itu adalah hasil karyanya sehingga dia akan mendapat pujian dari orang lain. Bisa juga pencurian dilandaskan atas dasar bisnis, jadi hasil karya dicuri untuk dijual -dalam hal ini foto akan dicetak dan dijual sebagai hard copy. Begitu juga dengan video, video bisa didownload dan dipakai untuk kepentingan-kepentingan komersial.

Biasanya orang menjual foto dengan ukuran cetak minimal A4 (21x29.7 cm) atau ukuran 10R (25x30 cm). Sebuah foto agar dapat dicetak dengan hasil yang cukup bagus dengan ukuran tersebut, minimal harus mempunyai ukuran sisi panjang 1024 px dengan resolusi sekitar 150-200 dpi. Jika kurang dari ukuran panjang dan resolusi tersebut, foto tidak akan cukup bagus jika dicetak, hasilnya akan pecah. Untuk itu, saat mengunggah foto ke internet, editlah foto tersebut dengan ukuran di bawah ukuran-ukuran yang telah saya sebutkan tadi. Kita bisa mengedit ukuran foto melalui software editing foto seperti photoshop dan photoscape. Saya mendapat tips dari teman saya Rendra, untuk upload di media sosial seperti facebook, cukuplah foto dengan ukuran panjang maksimal 720 px dengan resolusi 72 dpi, kecuali di situs-situs yang mengharuskan penggunanya mengunggah foto dengan ukuran tertentu, seperti Railpictures.net. Sehingga jika ada orang yang ingin mendownload dan mencetak foto tersebut dengan ukuran A4 atau 10R, orang akan berpikir berkali-kali karena hasil foto yang tercetak sangat tidak bagus. Kecuali jika mencetaknya hanya dengan ukuran 3R (9x13 cm), tapi itu sangat jarang terjadi mencetak foto dengan ukuran 3R untuk dijual. Ukuran 720 px dirasa sudah cukup bagus untuk ditampilkan di media sosial seperti facebook. Jika menginginkan mengunggah dengan ukuran yang lebih kecil lagi juga tidak masalah.

Dan untuk video, biasanya kita mengungguah video ke situs youtube. Ukuran video yang diunggah ke situs youtube tidak perlu terlalu besar atau bahkan sampai HD. Dengan menggunakan sofwtare editing video, editlah video kita dengan format dan ukuran yang cukup untuk ditampilkan di youtube dengan hasil yang memuaskan. Sudah banyak software editing video yang bisa menghasilkan video yang khusus untuk ditampilkan di youtube. Biasanya, dengan ukuran 640x480 sudah cukup bagus untuk ditampilkan di youtube. Dan jika video tersebut diunduh (didownload), hasilnya tidak cukup bagus untuk dikomersilkan. Jangan lupa, tambahkan watermark pada video hasil karya kita. Untuk lebih jelas mengenai ukuran dan resolusi video, bisa dilihat di sini

Itulah tadi tips dan trik untuk menghindari dan meminimalisir pembajakan atau pencurian terhadap hasil karya kita. Tetap ingat, risiko pembajakan atau pencurian selalu ada, kita tidak bisa mencegahnya, kita hanya bisa mengurangi atau meminimalisir kemungkinannya. Jika tidak ingin dicuri, ya jangan diunggah ke internet :D

Dan satu lagi, jika suatu saat ada yang mencuri karya kita, jangan langsung marah atau emosi. Lihatlah terlebih dahulu pada komputer atau laptop kita, apakah sistem operasi dan segala macam software yang ada di dalam komputer atau laptop kita sudah original ataukah masih bajakan. Jika semuanya sudah original, marahlah kepada orang yang membajak karya kita, tuntutlah melalui hukum. Tetapi jika kita masih menggunakan produk-produk bajakan, yaaa..... sadar diri lah :Da

Semoga tulisan saya memberikan banyak manfaat. Terus dan tetap bersemangat berkarya yang terbaik untuk Indonesia. Jangan mencuri hasil karya orang lain.


2 komentar:

  1. Saya biasa pake rentang 900 atau 1024 mas supaya fit di sosmed, kalau pake 720 sayang di laptop/komputer layar besar standar (1366x768) agak pecah jadinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo saya om, saya save flie nya dua kali.
      satu ukuran 720 untuk diaplot di sosmed atau internet, satu lagi ukuran aslinya untuk disimpan di komputer

      Hapus