Butuh waktu cukup lama untuk menulis bagian kedua ini, bukan karena saya tidak punya bahan nya, tapi karena masih belum punya ide untuk menyusun kata-katanya (baca : malas nulis) haha :D
Ya sudahlah, kita lanjut saja. Seperti biasa, sebelum membaca bagian keduax ini, ada baiknya Anda membaca dulu bagian pertamax di sini.
Jembatan kereta api panjang pertama yang saya sebrangi adalah Jembatan Lahor. Entah dari mana atau bagaimana asal-usulnya jembatan ini dinamakan Jembatan Lahor, atau entah ini memang benar namanya Jembatan Lahor atau malah punya nama lain saya ga ngerti. Mungkin karena letaknya yang berada di dekat Bendungan Lahor.
pemandangan di sekitar jembatan lahor tampak di belakang cerobong PLTA Bendungan Ir. Sutami |
Ya, jembatan kereta api ini terletak di Malang, tepatnya di Kecamatan Sumber Pucung Kabupaten Malang. Jembatan ini terletak di sebelah barat Bendungan Ir. Sutami tepat di perbatasan antara Kabupaten Malang dan Blitar. Jika Anda naik berkendara dari Malang ke arah Blitar, maka Anda bisa melihat langsung jembatan ini.
om Rendra |
Pengalaman ini dimulai dengan pertemuan saya dengan sahabat saya Rendra Swariyan Habib untuk pertama kalinya. Mas Rendra ini juga merupakan guru saya dalam seni fotografi, terutama foto kereta api. Dia mengajak saya untuk memotret di Jembatan Lahor dan dua terowongan yang juga berada di sekitar jembatan, yaitu terowongan Dwi Bakti Karya dan Eka Bakti Karya.
Panjang sekitar 100 meter dan tinggi 30 meter, jembatan ini cukup membuat kaki saya gemetar saat pertama kali berada di pinggirnya. Angin pagi yang dingin dan kencang menambah rasa takut saya akan jembatan itu. Lalu mas Rendra tiba-tiba berkata, "om, nyebrang yuk"
Waduh, belum selesai saya mengatasi rasa takut di pinggir jembatan malah diajak menyeberang. Tidak ada pilihan kata yang ada dalam pikiran saya selain, "ayuk"
Om Rendra di depan, saya mengikuti dari belakang. Yang di depan saya sudah terbiasa menyeberang jembatan jadi dia tenang-tenang saja melangkah meniti satu per satu bantalan kayu di depannya. Sedangkan saya, sambil terus berusaha mengatasi rasa takut, perlahan-lahan kaki saya yang gemetaran melangkah.
Satu demi satu bantalan kayu saya injak dan dalam waktu bersamaan sedikit demi sedikit rasa takut saya malah bertambah. Ah... sial, seharusnya rasa takut itu hilang tapi ini malah bertambah. Sudahlah, jalan saja terus. Sleko pertama saya lewati, sleko kedua, lalu ketiga. Tiba-tiba yang di depan berhenti. Buseet!!! Kenapa berhenti di tengah?
Om Rendra dengan santainya berdiri dan melihat ke sekitar sambil sesekali mengajak saya ngobrol, sedangkan saya masih berusaha menenangkan kaki yang daritadi belum mau berhenti gemetaran. Saya tidak berani melihat sekitar, saya fokus ke bantalan rel yang saya injak. Benar-benar perasaan takut yang luar biasa yang saya rasakan saat itu. Sementara itu, angin dingin bertiup semakin kencang, seolah berkata, "jatuhlah... jatuhlah!!!" Memang, salah satu sensasi sekaligus tantangan saat menyeberang jembatan adalah tiupan angin yang cukup kencang.
KA Majapahit menyeberang Jembatan Lahor |
Yang di depan sudah mulai berjalan lagi, dan saya juga mengikuti. Satu per satu bantalan rel saya lewati. Mata tetap fokus pada setiap bantalan yang saya injak. Beruntung, bantalan rel di jembatan ini dalam keadaan yang sangat bagus. Masih utuh dan jarak antar bantalannya pun sama. Sehingga memudahkan kaki saya yang gemetaran untuk berjalan.
Entah berapa lama waktu yang saya butuhkan untuk mencapai ujung timur jembatan, sampai akhirnya saya menginjak bantalan terakhir jembatan.
Alhamdulillah...
Jembatan Lahor saya takhlukkan. Dan kaki saya masih belum berhenti bergetar
hahaha :-D
Dari Jembatan Lahor, kami melanjutkan ke terowongan DBK dan EBK. Naik ojek adalah angkutan pilihan untuk sampai ke lokasi terowongan yang cukup jauh dari Jembatan Lahor. Karena memang kami berdua baru pertama kali berkunjung ke tempat itu.
Kok terowongan? Ini kan ceritanya tentang jembatan?
Iya memang, ini cerita tentang jembatan. Karena jembatan berikutnya yang akan saya sebrangi berada di antara terowongan DBK dan EBK. Setelah memotret KA Penataran yang keluar dari terowongan DBK, kami berdua harus menyeberang jembatan ini untuk berpindah spot ke mulut terowongan EBK.
Ini hanyalah sebuah jembatan kecil, mungkin panjangnya hanya beberapa puluh meter saja. Pun jembatan ini tidak terlalu tinggi. Kalau dibanding jembatan sebelumnya, yang ini masih kalah jauh. Tapi, tantangan di jembatan ini beda. Jembatan ini melengkung/berbelok. Dan karena terletak di tengah hutan tertutup dan lembab, maka bantalan-bantalan di jembatan ini pun ditumbuhi lumut tipis sehingga membuatnya menjadi licin. Bantalan-bantalannya pun dalam kondisi kurang baik, jarak antar bantalan tidak sama. Dan tentu saja karena berbelok, jembatan ini memiliki blind spot.
jembatan kecil diantara terowongan EBK dan DBK |
Sebetulnya, tidak terlalu sulit menyeberangi jembatan ini. Tapi sisa rasa takut dan gemetar dari jembatan sebelumnya masih cukup menghantui kaki saya. Sehingga saya masih tetap berjalan pelan dan sangat hati-hati si dini. Licin, dingin, dan lembab. Suasana di sekitar jembatan ini sangat berbeda dengan jembatan sebelumnya. Berbekal pengalaman dari jembatan sebelumnya, rasa takut saat menyeberang jembatan ini berkurang sangat banyak. Dan saya sedikit lebih santai saat menyeberanginya. Dua kali saya menyeberang jembatan kecil ini, karena dari mulut terowongan EBK, kami berdua harus kembali lagi ke mulut terowongan DBK karena akses jalan keluar ada di sana.
KA Penataran bersiap masuk terowongan Eka Bakti Karya |
Saya mengakhiri pengalaman di Malang dengan perasaan lega. Saya telah berhasil menyeberangi salah satu jembatan kereta api panjang di Indonesia. Saya sangat bersyukur sekaligus tidak percaya. Saya yang sebenarnya memiliki rasa takut terhadap ketinggian, berhasil mengalahkan rasa takut saya sendiri. Terima kasih kepada om Rendra yang telah membantu saya mengalahkan diri saya sendiri :-D
Tantangan selanjutnya adalah Jembatan Sungai Porong.
Berikut beberapa hasil jepretan saya di Jembatan Lahor dan sekitarnya
Jembatan Sungai Porong |
Berikut beberapa hasil jepretan saya di Jembatan Lahor dan sekitarnya
om Rendra bersiap nyebrang jembatan |
tikungan "S" di sebelah timur jembatan |
KA Malabar dari Bandung |
KA Malabar dari Malang |
KA Matarmaja rasa lama |
Gajayana tampan dengan loko kotak |
KA Penataran |
yang ini juga nyebrang Jembatan Lahor, tapi nyebrangnya sambil naik kereta :D
bordes ride KA Penataran |
Update berikutnya insya Allah akan saya tulis minggu depan. Ditunggu ya :D